Seorang
yang pandai, tidak biasa untuk bersikap rendah hati. Seorang yang
dapat bersikap rendah hati karena kepandaiannya, perlu disebut orang
hebat. Seperti halnya Santo Ivo yang dengan hebat memadukan kepandaian
serta kerendah hatiannya, sehingga dapat bersikap tegas terhahadap
segala sesuatu, sampai akhirnya patut menjadi teladan semua pemimpin.
Santo ini tidak begitu terkenal dikalangan umat, walaupun demikian
kita sebagai umat kristiani perlu mengintip sedikit saja tentang
perjalanan hidupnya.
Ivo lahir di Beauvais pada tahun 1040. Ia belajar teologi di biara Bec
serta dikenal sebagai orang pandai. Kemudian Ia bekerja di Nestle,
Picardy, PerancisUtara lalu berpindah ke biara Santo Quentin. Di biara
ini, Ivo mengajar teologi, hukum gereja dan kitab suci. Kemudian Ia
diangkat sebagai pemimpin biara selama 14 tahun. Sebagai pemimpin biara,
Ivo berusaha meningkatkan kedisiplinan hidup dan belajar, untuk para
biarawan, serta berusaha membaharui aturan-aturan yang lama.
Karena kesalehan hidupnya, kepandaian dan kepribadiannnya yang
menarik, Ivo diajukan oleh umat dan segenap imam untuk menggatikan
Geoffrey sebagai uskup Chartres, pada tahun 1091. Setelah didesak oleh
paus Urbanus II, Ivo menerima jabatan itu.
Dalam kepemimpinannya sebagai uskup Chartres, Ivo dengan tegas
menentang raja Philip I yang menceraikan istrinya Bertha dan menikahi
Bertrada, istri Fulk (seorang hakim dari Anjou). Oleh raja Philip I,
Ivo ditangkap dan dipenjarakan. Seluruh kekayaan dan penghasilannya
disita oleh raja Philip I. Tetapi atas desakan paus Urbanus II dan
seluruh umat, Ivo dibebaskan dan menjalankan tugas seperti biasa.
Selanjutnya, Ivo tetap setia kepada raja Philip dan berusaha
mendamaikan raja dengan takhta suci pada konsili Beaugency pada tahun
1104. Ivo meninggal dunia pada tahun 1116.
Dalam kesempatan ini, kita umat Tuhan perlu meneladan Santo Ivo yang
selalu mendahulukan kebenaran, walaupun itu nyawa sebagai taruhannya.
Sikapnya yang tegas dalam hidup sebagai pemimpin yang bertanggung jawab
sangat kita perlukan sebagai panutan dalam menjalankan segala tugas
yang kita emban. Tidak lupa, yang perlu kita garis bawahi adalah
kepintaran bukan sebagai ajang untuk 'gaya-gaya' tetapi perlu
dibuktikan bahwa, dibalik kepintaran ada kesalehan dan cinta kasih.
Hidup : Eropa 1040-1116 Pesta : 20 Mei
Kisah ini ditulis oleh Marianus Ivo Meidinata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar