Ivo art
Kamis, 23 April 2020
Santa Veronica Giuliani
SANTA
VERONICA YULIANI
Santa Veronica Yuliani (atau Santa Veronica Giuliani), Biarawati - Mistikus
Ursula Giuliani
(nama kecil dari St. Veronika Giulani) lahir pada tahun 1660 di
Mercatello, Urbino, Italia. Ia adalah puteri dari Francesco Giuliana
dan Benedetta Mancini. Sejak kecil dia sudah memperlihatkan hidup
yang penuh iman. Selain itu, sejak umur 3 tahun, ia telah menunjukkan
simpati kepada kaum miskin. Ia sering menyisihkan sebagian makanannya
untuk mereka, bahkan berbagi pakaiannya anak orang miskin.
Ketika beranjak
dewasa, dia berkeinginan untuk menjadi seorang biarawati. Namun
ayahnya menentang keinginan Ursula. Oleh karena itu, ayahnya
mencarikannya calon suami untuknya. Karena keputusan ayahnya ini,
Ursula jatuh sakit. Ternyata Allah menggunakan peristiwa ini untuk
meluluhkan hati ayah Ursula. Akhirnya, karena kondisi Ursula yang
tidak baik, ayahnya menyetujui keinginan Ursula dan kemudian Ursula
pun sembuh.
Ursula kemudian
bergabung dengan biara Klaris Kapusin di Citta di Castello, Umbria,
Italia pada 17 Juli 1677 dan mengambil nama Veronika. Selama menjadi
biarawati, dia selalu berusaha untuk hidup taat terutama kepada para
pemimpin. Baginya, seorang pemimpin itu adalah perpanjangan tangan
Tuhan.
Veronica memiliki
devosi yang mendalam kepada Salib Yesus. Sekitar tahun 1678, Veronika
mulai mengalami pengalaman mistiknya dengan mendapat pengelihatan
akan Yesus yang teralib. Pengalaman mistiknya tidak berhenti sampai
di sini. Pada tahun 1693, ia memperoleh pengelihatan yang menunjukan
bahwa ia akan mengalami sengsara Kristus. Dan pada tahun 1694, ia
memperoleh stigmata berupa mahkota duri. Serta pada Jumat Agung tahun
1697, ia menerima luka pada tangan, kaki, dan lambungnya.
Semasa menjadi
seorang biarawati, Veronika bertugas sebagai pembimbing para novis
selama tiga puluh tahun. Sebagai pembimbing, Veronika tidak
mengizinkan para novisnya untuk membaca tulisan tentang kehidupan
mistik seperti yang dia alami.
Tugas lain yang
pernah dia miliki adalah sebagai suster kepala biara atau yang biasa
disebut abdis. Dia diangkat sebagai abdis biara pada tahun 1716.
Veronika Giuliani
O.S.C.Cap., meninggal dunia pada 9 Juli 1727 di Citta di Castello,
Italia. Pada 17 Juni 1804, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius VII, dan
pada 26 Mei 1839 ia dikanonisasi oleh Paus Gregorius XVI. Hari
peringatannya jatuh setiap tanggal 10 Juli. Karena kesucian hidupnya,
jenazah St. Veronika Guilani tidak rusak.
Renungan:
“Allah itu adalah Allah yang Mahatahu. Dia selalu melihat ke bawah,
melihat segala tindakan manusia. Dia tidak menghendaki jika manusia
berlaku secara tidak adil.”
Sumber:
Mgr.
Nicolaas Martinus Schneiders, CICM. Orang Kudus Sepanjang Tahun.
Jakarta: Penerbit OBOR. 2004.
Fr.
Marianus Ivo M., O.Carm.
Santo Dominikus Savio
St.
Dominikus Savio
Oleh:
Marianus Ivo Meidinata, O.Carm.
Dominikus
Savio lahir di Riva di Chieri, Italia Utara pada tanggal 2 April
1842. Ayahnya
- Carlo adalah seorang pandai besi dan ibunya - Birgitta Savio adalah
seorang penjahit. Keluarga ini adalah keluarga yang sederhana. Orang
tua Dominikus Savio selalu bekerja keras untuk menghidupi kesepuluh
anak mereka.
Sejak
kecil, Dominikus
Savio sudah
menunjukkan kecintaan dan perhatian pada doa dan perayaan Ekaristi.
Dia selalu mengikuti Perayaan Ekaristi bersama ibunya. Dan mereka
juga terbiasa untuk selalu berdoa di depan tabernakel. Dalam
kesehariannya, doa pribadi juga tidak lupa dilakukan oleh Dominikus
Savio. Suatu kebiasaan rohani yang membentuk pribadinya di masa
kanak-kanak.
Dominikus
Savio menerima Komuni Pertama pada usia 7 tahun, kebiasaan yang tidak
lumrah terjadi saat itu. Menurut kebiasaan di Italia, Komuni Pertama
baru boleh diterima ketika anak sudah berumur 12 tahun. Pastor
parokinya saat itu kagum melihat dia, karena dia sudah menunjukkan
iman, kesalehan dan kecintaan pada Gereja yang besar. Dia pun pernah
berkata, “Lebih baik mati daripada berbuat dosa.”
Setelah
menamatkan sekolah dasar, Dominikus menjadi murid Santo Yohanes Don
Bosco di Turin pada sebuah sekolah yang khusus bagi anak-anak orang
miskin. Di mata Don Bosko, Dominikus adalah seorang remaja yang
dikaruniai Rahmat Allah yang besar. Oleh karena itu, Don Bosco
memberi perhatian khusus padanya dengan maksud supaya dia tergerak
untuk masuk ke seminari.
Sementara menjalani pendidikan di Turin, tumbullah dalam hatinya suatu kepastian bahwa ia akan menemui ajalnya dalam masa mudanya. Kepada Don Bosco, ia mengatakan: “Tuhan membutuhkan aku untuk menjadi orang Kudus di surga. Aku akan mati. Bila aku tidak mati, aku akan tergolong manusia yang gagal.”
Pada usia 20 tahun, ia mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria. Dan dia juga berjanji untuk selalu hidup secara murni. Dia meminta kepada Bunda Maria agar diperkenankan meninggal sebelum dia melanggar janji itu. Permintaan ini didorong oleh rasa takutnya pada kemungkinan jatuh dalam dosa. Untuk menjaga janji ini, ia senantiasa berdoa dan memohon pengampunan dosa dari Pastor Don Bosco.
Don Bosco juga mendidiknya dengan semangat kerasulan. Dia membantu memberi pelajaran agama dan mata pelajaran lainnya. Dia juga aktif merawat orang-orang sakit. Dan untuk mendidik anak-anak yang nakal, ia mendirikan sebuah klub remaja dan memberi mereka pelajaran agama. Inilah suatu kegiatan kerasulan sederhana yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh.
Pada tahun 1856, Dominikus Savio jatuh sakit. Dokter membujuknya agar dia pulang ke rumah orang tuanya. Namun dia menolak bujukan itu. Kemudian Don Bosco dengan tegas memintanya untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Setelah
empat hari di rumah, kesehatannya semakin memburuk. Dia meminta orang
tuanya untuk memanggil pastor parokinya karena dia ingin untuk
mengaku dosa sekaligus menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Setelah itu, dia meminta ayahnya untuk berdoa demi kematian yang
damai untuknya. Tepat di hari itu, tanggal 9 Mei 1857, pukul sembilan
malam, dia berkata kepada ayahnya, “Selamat tinggal, ayah, selamat
tinggal. Aku telah melihat sesuatu yang sungguh indah.” Lalu dia
menghembuskan nafas yang terakhir.
Dominikus
Savio dinyatakan sebagai Beato pada tahun 1950. Dan kanonisasinya
dilaksanakan pada tahun 1957. Oleh Gereja, St. Dominikus Savio
diangkat sebagai pelindung klub-klub remaja.
(Tulisan ini pernah termuat dalam RUAH).
(Tulisan ini pernah termuat dalam RUAH).
Santo Adelbertus
Santo
Adelbertus
Santo
Adelbertus dari Praha lahir sekitar tahun 956 dalam sebuah keluarga
bangsawan Bohemia yang saleh. Nama aslinya adalah Voytech (Wojciech).
Ketika dia menerima sakramen krisma, ia memilih nama Adelbertus
sebagai nama penguatannya. Nama ini dipilihnya sebagai penghormatan
kepada gurunya yang sekaligus bapa rohaninya, yakni Santo Adelbertus
dari Magdeburg; seorang yang telah menyembuhkannya dari sakit,
mentobatkannya dan mendidiknya dengan penuh cinta. Ketika bapa
rohaninya itu meninggal pada tahun 981, Adelbertus memutuskan untuk
kembali ke Bohemia.
Adelbertus
ditahbiskan sebagai seorang imam oleh Uskup Deitmar di Praha. Sebagai
imam muda, dia mendapat tugas untuk membantu bapak Uskup Deitmar. Dan
ketika beliau meninggal dunia, Adelbertus pun terpilih sebagai uskup
yang baru.
Sebagai
seorang uskup, Adelbertus tetap menjalankan pola hidup askese yang
telah dihidupinya. Dia tetap tidur di lantai dan berpuasa secara
teratur. Dia juga dikenal
sebagai seorang yang memiliki perhatian kepada yang miskin dan
terlantar, khususnya mereka yang berada di penjara dan yang di
pemukiman kumuh. Sikap solidernya juga diwujudkan melalui gaya hidup
yang sederhana; dia memangkas semua anggaran untuk dirinya sendiri.
Dia juga mereformasi keuangan keuskupan supaya tidak mengeluarkan
uang yang terlalu besar.
Pembaruan
hidup juga dilakukannya di antara kaum klerus dan kaum awam, terutama
dalam hal “kekuasaan”. Namun usaha-usahanya mendapat perlawanan.
Sampai akhirnya, Adelbertus menanggalkan jabatannya sebagai Uskup
pada tahun 990 dan masuk sebuah biara di Roma. Namun ia kemudian
dipanggil pulang kembali ke Praha. Belum lama menjalankan kembali
tugas pengembalaannya, Adelbertus kembali mendapat perlawanan ketika
dia mengekskomunikasi sekelompok bangsawan yang membunuh seorang
gadis yang berzinah.
Karena
peristiwa ini, Adelbertus harus meninggalkan Praha dan pergi ke Roma
dan tinggal di sebuah biara Benediktin di Roma. Dengan setia, dia
menjalankan tugas sebagai seorang tukang sapu dan tukang cuci piring.
Lima tahun kemudian, para pemimpin Gereja menasehati Adelbertus agar
kembali ke Praha. Adelbertus pun
kembali memakai jubah uskup dan pulang ke
Praha.
Namun,
persekongkolan dibangkitkan kembali untuk melawannya. Adelbertus pun
meninggalkan Keuskupan Praha dan menjadi misionaris ke Hungaria.
Di sana
Adelbertus mentobatkan dan menuntun banyak orang untuk mengenal iman
Kristiani, termasuk di antaranya adalah Raja Stefanus I (Santo
Stefanus dari Hungaria). Kemudian,
Paus Gregorius V memerintahkan Adelbertus
untuk kembali menjadi uskup. Dan Sekali lagi Adelbertus taat kepada
Sri Paus. Kali ini warga Praha kembali menentang Adelbertus secara
terbuka. Demi keselamatan orang-orang yang disekitarnya,
Adelbertus memutuskan untuk pergi -
menjadi misionaris di Polandia. Di sana Adelbertus berhasil membawa
banyak orang kepada Kristus. Namun, keberhasilan ini membuat para
imam pagan menjadi marah.
Suatu
malam ketika Adelbertus sedang tidur, seorang imam pagan bersama enam
orang rekannya menangkap Adelbertus. Mereka menganiaya
dan menusuk dada Adelbertus dengan tombak.
Adelbertus pun wafat pada 23 April 997. Saat ini Makam Santo
Adelbertus berada di Katedral Basilika “The Assumption of the
Blessed Virgin Mary and St. Adalbert”, Gniezno, Polandia.
“Ambillah
nyawaku....Dan semoga Kristus mengampuni nyawamu…..” kata-kata
terakhir St. Adelbertus di hadapan pembunuhnya. Marilah kita
mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita.
(Fr.
Marianus Ivo M., OCarm. Diambil dari beberapa sumber. Artikel ini pernah termuat dalam RUAH)
Langganan:
Postingan (Atom)