Aktivitas Suci di Bilik
Pribadi
Sesuai dengan Regula
Ordo Karmel
Oleh:
Marianus Ivo Meidinata
“Masing-masing
hendaknya tinggal di biliknya atau di dekatnya, sambil merenungkan hukum Tuhan
siang dan malam serta berjaga dalam doa, kecuali bila sibuk dengan pekerjaan
lain yang wajar.”
Regula Karmel
no. 10
Sesuai
dengan hidup awali Karmel yaitu eremit,Karmelit memiliki bilik terpisah. Bilik
itulah yang membentuk karakter setiap Karmelit sesuai dengan keunikannya.
Banyak hal yang dapat dikerjakan dalam bilik sehingga waktu dalam kesehariannya
banyak tercurah di dalam dasn sekitar bilik. Karena itulah, bilik pribadi
seakan-akan menjadi rahim yang mengandung setiap orang untuk bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan karakternya.
Karmelit
adalah biarawan. Sepantasnyalah memiliki aktivitas-aktivitas suci di dalam
bilik, guna membentuk pribadi yang suci. Aktivitas-aktivitas di dalam bilik
juga akan membantu mempersiapkan diri sebelum pribadi memulai aktivitas di
luar.Aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan regula adalah pegangan hidup yang membentuk
seseorang untuk menjadi seorang Karmelit. Dari alasan ini dapat dikatakan bahwa
bilik dan aktivitas-aktivitas suci pribadi adalah tempat persiapan atau ‘pabrik’
yang membantu pribadi sehingga dapat lebih siap berkarya di luar sebagai
Karmelit.
Keheningan
Sebelum
melaksanakanaktivitas di dalam bilik, Karmelit perlu untuk menciptakan
keheningan di dalam dan sekitar biliknya. Tujuannya supaya Karmelit dapat fokus
pada segala aktivitas di dalam bilik. Keheningan ini bukan hanya dalam arti
fisik namun juga hening dalam batin. Keheningan batin lebih sulit diciptakan,
dibanding dengan keheningan fisik. Seseorang perlu menyadari dan membuka diri
akan kehadiran Roh Kudus yang akan membawa seseorang pada keheningan batin. Keheningan
merupakan gaya hidup Karmelit awal yang sampai kini masih dilanjutkan, sebab
dari keheningan Karmelit siap untuk mendengarkan Roh Kudus. Tuhan Yesus pun
sebagai Sang Guru meneladankan hal ini. Setiap kali Dia berdoa, Dia selalu
mencari tempat yang hening. Salah satunya yang terdapat pada Injil Markus (
bab1ayat 35).
Santo
Albertus dari Yerusalem menjelaskan arti hidup dalam kesunyian demikian,
“Masing-masing dari antara kamu (Karmelit) harus memiliki bilik pribadi/
terpisah, dan dalam bilik hendaknya memelihara keheningan. Hanya dengan
keheningan dalam bilik, kita dapat memberikan diri dalam doa dan mendengarkan
‘suara lembut’ Allah.“ Dari hal tersebut tersirat bahwa segala aktivitas di
bilik harus dilakukan dalam keheningan supaya seseorang dapat tertarik pada
Allah. Oleh karena itu, sampai sekarang meski tawaran dunia yang hingar-bingar
menggoda, para Karmelit tetap memilih keheningan sebagai gaya hidup.
Beato Titus Brandsma mengalami hal serupa.
Berkat keheningan yang dihidupi, dia mampu secara rela dan sadar berserah
kepada Allah, berserah akan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Santo Yohanes
dari Salib juga menyadari bahwa kehidupan rohaninya secara umum berkembang
berkat keheningan. Berkat pengalaman itu, para Karmelit merasa yakin untuk mempraktikkan
keheningan dalam biara-biara dan menjalankan keheningan ketat pada waktu-waktu
tertentu.
Saya
sebagai seorang calon Karmelit menyadari pentingnya keheningan. Awal masuk
biara saya masih sulit untuk hening. Saya merasa bahwa keheningan itu perlu
dihindari karena tidak nyaman dan menakutkan. Namun karena telah memilih hidup
sebagai Karmelit, saya maumencoba memberikan diri pada keheningan.
Saya
mengalami kesulitan dalam menciptakan keheningan batin. Bagi saya keheningan
fisik lebih mudah diciptakan walaupun awalnya saya juga kesulitan. Sering kali
dalam suasana hening, batin saya riuh dengan segala perasaan dan pikiran.
Sering saya juga bergolak dengan diri saya sendiri ketika keheningan mulai
muncul. Saya terus berusaha dan mulai bersahabatdengan diri saya. Saya pun mulai menikmati hidup dalam keheningan Karmel, sehingga aktivitas di bilik yang tercantum dalam regula mulai saya hidupi.
Kini
tanpa sadar saya telah hidup dalam keheningan bilik.Aktivitas suci yang sesuai
regula mulai saya hidupi yaitu merenungkan hukum Tuhan dan hidup dalam
doa. Saya menikmati apa yang saya hidupi
di dalam bilik, sembari saya merasakan kemanisan sabda Allah, mengenal diri dan
mendapatkan energi baru untuk aktivitas selanjutnya. Namun ketika banyak tugas,
aktivitas dalam bilik menjadi kacau. Itulah tantangan saya untuk setia
menghidupinya.
Ini
adalah Karya Roh Kudus. Ketika terbuka pada bimbingan Roh Kudus, saya mampu
masuk pada keheningan. Seperti para Karmelit saya akan terus mempraktekkan keheningan
dalam bilik dan sekitarnya.
Merenungkan
hukum Tuhan
Merenungkan
hukum Tuhan siang dan malam merupakan panggilan Karmelit. Secara nyata Karmelit
mengenal hukum Tuhan dalam Kitab Suci, sehingga hidup Karmelit tidak terlepas
darinya bahkan regula Karmel pun bersumber dari Kitab Suci. Kitab Suci
merupakan sumber semangat Karmelit sehingga Karmelit memberikan perhatian khusus
kepadanya . Karena hal itu, Karmelit diharuskan melaksanakan aktivitas ini
setiap hari, sebagai ungkapan cinta yang mendalam akan Kitab suci. Lewat Kitab
Suci Karmelit mengenal Allahdan meneladan Tuhan Yesus.
Aktivitasini
juga didukung oleh regula nomor 19, “Hendaknya pedang Roh, yaitu firman Allah,
diam berlimpah-limpah dalam mulut dan hatimu, dan segala sesuatu yang harus
kamu lakukan, lakukanlah itu dalam Sabda Tuhan.” Senjata itulah yang membantu
Karmelit melawan musuh-musuh jiwa, menangkal panah berapi musuh dan membebaskan
diri dari dosa.
Santo
Albertus dari Yerusalem merefleksikan lebih mendalam tentang buah merenungkan
hukum Tuhan, yaitu bahwa Firman Allah akan diam berlimpah dalam mulut dan hati
Karmelit dan segala sesuatu yang dilakukan akan berdasar pada Kitab suci.
Beato
Titus Brandsma dalam pemaknaannya tentang Kitab suci mengatakan demikian,
“Pembacaan Kitab suci yang merupakan hukum Tuhan hendaknya mengisi kita dengan
kenikmatan rohani, khususnya ketika Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah tinggal
dalam diri kita lewat rahmat kasihNya. Kita mesti melakukannya dengan suka cita
yang lahir dalam diri karena pilihan bebas. Buahnya berbeda sekali dari membaca
Kitab Suci hanya sebagai kewajiban.”Dia memandang Kitab suci sebagai pesan yang
menyakinkan bahwa kita semua adalah anak Allah. Pembacaan Kitab Suci hendaknya
menjadi hidup dan aktivitas sehari-hari di bilik. Itulah yang mendorong
Karmelit untuk semakin dekat dengan Allah, asal tidak membaca Kitab suci
sebagai rutinitas belaka. Akhirnya firman Allah itulah yang hidup dalam diri
Karmelit.
Karmelit
juga dapat merenungkan hukum Tuhan lewat bacaan/ buku rohani, terutama para
kudus Karmel. Kehidupan para kudus merupakan Kitab Suci yang hidup, yang
memungkinkan Karmelit melihat kehendak Allah dalam diri mereka. Sebab para
kudus telah melaksanakannya dan mereka telah membuktikannya bahwa kehendak
Allah yang berat itu bukan berarti mustahil dilakukan.Tuhan hadir dalam diri
mereka yang telah menulis buku/ bacaan rohani. Tuhan menggunakan mereka untuk membantu
menjelaskan hukumNya.
Santa
Edith Stein telah membuktikan bahwa buku/ bacaan rohani berisi tentang hukum
Tuhan. Ketika membaca buku rohani-riwayat hidup Santa Theresia Avila,
diamenemukan kebenaran-kehendak Tuhan atas dirinya. Akhirnya dia mengikuti
kebenaran itu dan menjadi seorang Katolik. Dia merasa bahwa Allah telah
menyapanya lewat buku yang dia baca.
Santa
Theresia Lisieux memiliki pengalaman yang hampir sama. Dia mengakui bahwa
pembimbing rohaninya adalah Santa Theresia Avila. Walaupun dia tidak pernah
bertemu secara langsung namun lewat buku-buku rohani,diamerasa dibimbing.
Bimbingan itulah yang merupakan hukum Tuhan. Segala yang telah diterima dan
dihidupi Santa Theresia Lisieux adalah hukum Tuhan yang dituliskan oleh Santa
Theresia Avila, sebagai perantaraNya yang juga setia membaca hukum Tuhan di
biliknya.
Di
novisiat ini saya belajar untuk setia merenungkan hukum Tuhan dalam Kitab Suci.
Sebelumnya saya sudah mencobauntuk setia tetapi masih gagal. Kini saya mencoba
lagi untuk setia membaca Kitab Suci. Saya menetapkan membaca Kitab Suci sebelum
tidur supaya ketika tidur hukum Tuhan yang telah saya baca sungguh masuk pada
batin saya. Sesudahnya saya membaca buku renungan Kitab Suci sesuai dengan
bacaan liturgi hari tersebut, sehingga saya mendapatkan dua bahan yang dapat
saya renungkan setiap harinya. Dari membaca Kitab Suci, saya dapat mengetahui
misteri Ilahi Allah yang berkarya bagi manusia. Saya semakin mengenalNya dan
sedikit demi sedikit belajar pada Tuhan Yesus.
Waktu
yang lain saya gunakan untuk membaca hukum-hukum Tuhan yang terdapat pada buku/
bacaan rohani khususnya tentang Karmel. Sebenarnya saya tidak suka membaca,
namun saya mau mencoba dan belajar untuk menyukai buku. Dengan membaca terutama
buku rohani, saya belajar untuk mengenal Allah dan kehendakNya. Dari pengalaman
para penulis yang telah mengenal Allah, saya terbantu untuk mengetahui
kehendakNya. Beberapa orang Kudus Karmel telah membantu saya untuk bertumbuh
dalam hidup rohani. Saya menikmati apa yang telah saya baca dan saya renungkan,
sebab hal ini adalah keinginan saya sendiri untuk dengan sadar merenungkannya.
Hidup Doa
Di
dalam bilik terpisah, Karmelit memiliki semangat melaksankan doa secara
pribadi. Doa adalah pusat hidup para Karmelit, sehingga ketika berdoa di bilik
Karmelit menimba kekuatan untuk hidup dan panggilan mereka.
Lebih
dari itu, doa adalah suatu relasi personal/ dialog hidup dengan Allah. Lewat
regula, Karmelit diundang untuk menyuburkan relasi itu. Relasi dengan Allah
hanya dapat bertumbuh melalui ‘seringnya berjumpa dan tatap muka dengan Dia
yang mencintai manusia’, dan dipupuk oleh kerinduan akan Allah yang terus
menerus.
Karmelitselayaknya
meluangkan waktu untuk mengundurkan diri di dalam bilik (tempat tersembunyi) untuk
berdoa. Tuhan Yesus dalam Kitab Suci juga mengundurkan diri mencari tempat
tersembunyi ketika berdoa.[1]
Para Kudus Karmel juga menunjukkan hal yang sama. Salah satunya Beato Titus
Brandsma. Dalam setiap kesibukan yang dikerjakan, dia tidak pernah lupa untuk
beristirahat sejenak guna menyapa Tuhan dalam doa. Bahkan ketika dia sedang
berkumpul dengan rekan kerja untuk membicarakan tugas yang diemban, dia mohon
undur diri sejenak untuk berdoa (jika memang saat itu adalah waktu untuk
berdoa).
Karmelit
memang dipanggil untuk mengalami secara lebih mendalam hidup doa. Karmelit
diundang untuk mencari bentuk doa baru yang dapat dilakukan secara pribadi di
dalam bilik, sesuai dengan kharisma ordo. Santa Theresia Lisieux mengajarkan doa secara sederhana saja yang
dapat dilakukan di bilik masing-masing, yaitu mendoakan doa sederhana Gereja
seperti Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya dan doa lainnya. Beato Titus
Brandsma memberi teladan dengan doa devosi Gereja, dua devosi favoritnya adalah
doa Rosario dan Jalan Salib. Sedangkan Yohanes dari Salib mengajarkan doa
secara lebih mendalam yaitu dengan keheningan batin serta meditasi yang pada
akhirnya tercurah pada tulisan-tulisan berkat tuntunan Roh Kudus.
Santo
Yohanes dari Salib mengatakan bahwa hanya dengan doa dia mampu mendekati Allah
dan merasakan hubungan mesra dengan Dia. Maka dari itu, seorang Karmelit perlu
memupuk hubungannya dengan Allah melalui doa.
Doa
pribadi itu masalah pemaknaan masing-masing. Setiap orang dapat menghidupi
doanya secara pribadi. Para kudus Karmel di atas memberikan inspirasi tentang
doa. Namun setiap orang mampu dan dapat menghidupi doanya secara pribadi.
Saya
sebagai calon Karmelit belajar menempatkan doa sebagai pusat hidup. Doa pribadi
sering saya laksanakandi bilik, sehingga saya merancang tempat doa disana. Tempat
itu dibuat supaya ketika saya ingin berdoa dapat langsung memakainya.
Setiap
harinya saya berusaha untuk tetap berdoa walaupun rasa capek atau malas sedang
melanda. Minimal saya berdoa secara singkat yaitu dengan doa sederhana Gereja sesuai
ajaran Santa Theresia Lisieux. Dalam hidup devosional saya sering berdoa
Rosario dan doa Maria yang lain. Saya memiliki kedekatan dengan Bunda Maria
sehingga saya merasa kedamaian ketika dekat dengannya.
Hidup
doa yang saya hidupi membantu saya untuk semakin dekat dengan Allah, juga lewat
perantara para kudus. Kedekatan dengan Allah membuat saya merasa damai dan
mengerti akan kehendakNya. Namun tetap saja ada tantangan yang sering
mengaburkan kemesraan saya dengan Allah. Dan itulah yang masih saya perjuangkan
supaya dapat diolah sehingga tidak terlalu mengganggu hidup doa saya.
Hidup
doa saya semakin hari semakin hidup, karena Roh Kudus hadir untuk membimbing. Kehadiran
Roh Kudus terjadi karena saya mau dengan rela mempersilahkanNya untuk hadir dan
membimbing. Roh Kudus ada ketika ada keterbukaan.
Secara
sederhana sesuai dengan penghayatan pribadi, saya menghidupi doa dengan cara selalu
mengingat Allah. Saya biasa membuat dialog hidup denganNya, menempatkan Dia
sebagai pribadi yang hidup bersama saya. Dengan dialog itu, misalnya dengan
menyapa “Selamat pagi Allah”,saya membuat Dia sungguh dekat. Dengan ini saya
merasa bahwa doa lebih hidup dan relasi mesra-bertatap muka dengan Allah
semakin terjaga.
Penutup
Itulah
kehidupan Karmelit di dalam bilik dengan segala aktivitas suci mereka. Karmelit
yang dengan sungguh menghidupinya akan menjadi Karmelit yang sejati. Para kudus
Karmel telah mengalaminya, dan kini Karmelit juga dipanggil untuk setia
menghidupinya.
Saya
sebagai calon Karmelit masih belajar dan berjuang menghidupinya. Masih banyak
kekurangan dan tantangan yang sering menjatuhkan. Namun lewat doa dan bimbingan
Allah beserta para kudus Karmel, serta kesungguhan saya sendiri, saya yakin
dapat menghidupi aktivitas-aktivitas suci di dalam bilik, sehingga saya dapat
menjadi seorang Karmelit sejati.
Sumber Pustaka
___.
Selayang Pamdang Ordo Karmel. Malang:
Karmelindo, 2009.
Phang, Benny. Berkobar-kobar
bagi Allah. Malang: Karmelindo, 2012.
Slattery, Peter. Sumber-sumber
Karmel. Malang: Dioma, 1993.
Herwanta, Albertus.Berkaca pada Beato Titus Brandsma. Malang: Karmelindo,___.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar