Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Sabtu, 05 September 2015

Makna kamar





Aktivitas Suci di Bilik Pribadi
Sesuai dengan Regula Ordo Karmel
Oleh: Marianus Ivo Meidinata

“Masing-masing hendaknya tinggal di biliknya atau di dekatnya, sambil merenungkan hukum Tuhan siang dan malam serta berjaga dalam doa, kecuali bila sibuk dengan pekerjaan lain yang wajar.”
Regula Karmel no. 10

Sesuai dengan hidup awali Karmel yaitu eremit,Karmelit memiliki bilik terpisah. Bilik itulah yang membentuk karakter setiap Karmelit sesuai dengan keunikannya. Banyak hal yang dapat dikerjakan dalam bilik sehingga waktu dalam kesehariannya banyak tercurah di dalam dasn sekitar bilik. Karena itulah, bilik pribadi seakan-akan menjadi rahim yang mengandung setiap orang untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan karakternya.
Karmelit adalah biarawan. Sepantasnyalah memiliki aktivitas-aktivitas suci di dalam bilik, guna membentuk pribadi yang suci. Aktivitas-aktivitas di dalam bilik juga akan membantu mempersiapkan diri sebelum pribadi memulai aktivitas di luar.Aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan regula adalah pegangan hidup yang membentuk seseorang untuk menjadi seorang Karmelit. Dari alasan ini dapat dikatakan bahwa bilik dan aktivitas-aktivitas suci pribadi adalah tempat persiapan atau ‘pabrik’ yang membantu pribadi sehingga dapat lebih siap berkarya di luar sebagai Karmelit.

Keheningan
Sebelum melaksanakanaktivitas di dalam bilik, Karmelit perlu untuk menciptakan keheningan di dalam dan sekitar biliknya. Tujuannya supaya Karmelit dapat fokus pada segala aktivitas di dalam bilik. Keheningan ini bukan hanya dalam arti fisik namun juga hening dalam batin. Keheningan batin lebih sulit diciptakan, dibanding dengan keheningan fisik. Seseorang perlu menyadari dan membuka diri akan kehadiran Roh Kudus yang akan membawa seseorang pada keheningan batin. Keheningan merupakan gaya hidup Karmelit awal yang sampai kini masih dilanjutkan, sebab dari keheningan Karmelit siap untuk mendengarkan Roh Kudus. Tuhan Yesus pun sebagai Sang Guru meneladankan hal ini. Setiap kali Dia berdoa, Dia selalu mencari tempat yang hening. Salah satunya yang terdapat pada Injil Markus ( bab1ayat 35).
Santo Albertus dari Yerusalem menjelaskan arti hidup dalam kesunyian demikian, “Masing-masing dari antara kamu (Karmelit) harus memiliki bilik pribadi/ terpisah, dan dalam bilik hendaknya memelihara keheningan. Hanya dengan keheningan dalam bilik, kita dapat memberikan diri dalam doa dan mendengarkan ‘suara lembut’ Allah.“ Dari hal tersebut tersirat bahwa segala aktivitas di bilik harus dilakukan dalam keheningan supaya seseorang dapat tertarik pada Allah. Oleh karena itu, sampai sekarang meski tawaran dunia yang hingar-bingar menggoda, para Karmelit tetap memilih keheningan sebagai gaya hidup.
 Beato Titus Brandsma mengalami hal serupa. Berkat keheningan yang dihidupi, dia mampu secara rela dan sadar berserah kepada Allah, berserah akan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Santo Yohanes dari Salib juga menyadari bahwa kehidupan rohaninya secara umum berkembang berkat keheningan. Berkat pengalaman itu, para Karmelit merasa yakin untuk mempraktikkan keheningan dalam biara-biara dan menjalankan keheningan ketat pada waktu-waktu tertentu.
Saya sebagai seorang calon Karmelit menyadari pentingnya keheningan. Awal masuk biara saya masih sulit untuk hening. Saya merasa bahwa keheningan itu perlu dihindari karena tidak nyaman dan menakutkan. Namun karena telah memilih hidup sebagai Karmelit, saya maumencoba memberikan diri pada keheningan.
Saya mengalami kesulitan dalam menciptakan keheningan batin. Bagi saya keheningan fisik lebih mudah diciptakan walaupun awalnya saya juga kesulitan. Sering kali dalam suasana hening, batin saya riuh dengan segala perasaan dan pikiran. Sering saya juga bergolak dengan diri saya sendiri ketika keheningan mulai muncul. Saya terus berusaha dan mulai bersahabat
dengan diri saya. Saya pun mulai menikmati hidup dalam keheningan Karmel, sehingga aktivitas di bilik yang tercantum dalam regula mulai saya hidupi.
Kini tanpa sadar saya telah hidup dalam keheningan bilik.Aktivitas suci yang sesuai regula mulai saya hidupi yaitu merenungkan hukum Tuhan dan hidup dalam doa.  Saya menikmati apa yang saya hidupi di dalam bilik, sembari saya merasakan kemanisan sabda Allah, mengenal diri dan mendapatkan energi baru untuk aktivitas selanjutnya. Namun ketika banyak tugas, aktivitas dalam bilik menjadi kacau. Itulah tantangan saya untuk setia menghidupinya.

Ini adalah Karya Roh Kudus. Ketika terbuka pada bimbingan Roh Kudus, saya mampu masuk pada keheningan. Seperti para Karmelit saya akan terus mempraktekkan keheningan dalam bilik dan sekitarnya.

Merenungkan hukum Tuhan
Merenungkan hukum Tuhan siang dan malam merupakan panggilan Karmelit. Secara nyata Karmelit mengenal hukum Tuhan dalam Kitab Suci, sehingga hidup Karmelit tidak terlepas darinya bahkan regula Karmel pun bersumber dari Kitab Suci. Kitab Suci merupakan sumber semangat Karmelit sehingga Karmelit memberikan perhatian khusus kepadanya . Karena hal itu, Karmelit diharuskan melaksanakan aktivitas ini setiap hari, sebagai ungkapan cinta yang mendalam akan Kitab suci. Lewat Kitab Suci Karmelit mengenal Allahdan meneladan Tuhan Yesus.
Aktivitasini juga didukung oleh regula nomor 19, “Hendaknya pedang Roh, yaitu firman Allah, diam berlimpah-limpah dalam mulut dan hatimu, dan segala sesuatu yang harus kamu lakukan, lakukanlah itu dalam Sabda Tuhan.” Senjata itulah yang membantu Karmelit melawan musuh-musuh jiwa, menangkal panah berapi musuh dan membebaskan diri dari dosa.
Santo Albertus dari Yerusalem merefleksikan lebih mendalam tentang buah merenungkan hukum Tuhan, yaitu bahwa Firman Allah akan diam berlimpah dalam mulut dan hati Karmelit dan segala sesuatu yang dilakukan akan berdasar pada Kitab suci.
Beato Titus Brandsma dalam pemaknaannya tentang Kitab suci mengatakan demikian, “Pembacaan Kitab suci yang merupakan hukum Tuhan hendaknya mengisi kita dengan kenikmatan rohani, khususnya ketika Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah tinggal dalam diri kita lewat rahmat kasihNya. Kita mesti melakukannya dengan suka cita yang lahir dalam diri karena pilihan bebas. Buahnya berbeda sekali dari membaca Kitab Suci hanya sebagai kewajiban.”Dia memandang Kitab suci sebagai pesan yang menyakinkan bahwa kita semua adalah anak Allah. Pembacaan Kitab Suci hendaknya menjadi hidup dan aktivitas sehari-hari di bilik. Itulah yang mendorong Karmelit untuk semakin dekat dengan Allah, asal tidak membaca Kitab suci sebagai rutinitas belaka. Akhirnya firman Allah itulah yang hidup dalam diri Karmelit.
Karmelit juga dapat merenungkan hukum Tuhan lewat bacaan/ buku rohani, terutama para kudus Karmel. Kehidupan para kudus merupakan Kitab Suci yang hidup, yang memungkinkan Karmelit melihat kehendak Allah dalam diri mereka. Sebab para kudus telah melaksanakannya dan mereka telah membuktikannya bahwa kehendak Allah yang berat itu bukan berarti mustahil dilakukan.Tuhan hadir dalam diri mereka yang telah menulis buku/ bacaan rohani. Tuhan menggunakan mereka untuk membantu menjelaskan hukumNya.
Santa Edith Stein telah membuktikan bahwa buku/ bacaan rohani berisi tentang hukum Tuhan. Ketika membaca buku rohani-riwayat hidup Santa Theresia Avila, diamenemukan kebenaran-kehendak Tuhan atas dirinya. Akhirnya dia mengikuti kebenaran itu dan menjadi seorang Katolik. Dia merasa bahwa Allah telah menyapanya lewat buku yang dia baca.
Santa Theresia Lisieux memiliki pengalaman yang hampir sama. Dia mengakui bahwa pembimbing rohaninya adalah Santa Theresia Avila. Walaupun dia tidak pernah bertemu secara langsung namun lewat buku-buku rohani,diamerasa dibimbing. Bimbingan itulah yang merupakan hukum Tuhan. Segala yang telah diterima dan dihidupi Santa Theresia Lisieux adalah hukum Tuhan yang dituliskan oleh Santa Theresia Avila, sebagai perantaraNya yang juga setia membaca hukum Tuhan di biliknya.
Di novisiat ini saya belajar untuk setia merenungkan hukum Tuhan dalam Kitab Suci. Sebelumnya saya sudah mencobauntuk setia tetapi masih gagal. Kini saya mencoba lagi untuk setia membaca Kitab Suci. Saya menetapkan membaca Kitab Suci sebelum tidur supaya ketika tidur hukum Tuhan yang telah saya baca sungguh masuk pada batin saya. Sesudahnya saya membaca buku renungan Kitab Suci sesuai dengan bacaan liturgi hari tersebut, sehingga saya mendapatkan dua bahan yang dapat saya renungkan setiap harinya. Dari membaca Kitab Suci, saya dapat mengetahui misteri Ilahi Allah yang berkarya bagi manusia. Saya semakin mengenalNya dan sedikit demi sedikit belajar pada Tuhan Yesus.
Waktu yang lain saya gunakan untuk membaca hukum-hukum Tuhan yang terdapat pada buku/ bacaan rohani khususnya tentang Karmel. Sebenarnya saya tidak suka membaca, namun saya mau mencoba dan belajar untuk menyukai buku. Dengan membaca terutama buku rohani, saya belajar untuk mengenal Allah dan kehendakNya. Dari pengalaman para penulis yang telah mengenal Allah, saya terbantu untuk mengetahui kehendakNya. Beberapa orang Kudus Karmel telah membantu saya untuk bertumbuh dalam hidup rohani. Saya menikmati apa yang telah saya baca dan saya renungkan, sebab hal ini adalah keinginan saya sendiri untuk dengan sadar merenungkannya.

Hidup Doa
Di dalam bilik terpisah, Karmelit memiliki semangat melaksankan doa secara pribadi. Doa adalah pusat hidup para Karmelit, sehingga ketika berdoa di bilik Karmelit menimba kekuatan untuk hidup dan panggilan mereka.
Lebih dari itu, doa adalah suatu relasi personal/ dialog hidup dengan Allah. Lewat regula, Karmelit diundang untuk menyuburkan relasi itu. Relasi dengan Allah hanya dapat bertumbuh melalui ‘seringnya berjumpa dan tatap muka dengan Dia yang mencintai manusia’, dan dipupuk oleh kerinduan akan Allah yang terus menerus.
Karmelitselayaknya meluangkan waktu untuk mengundurkan diri di dalam bilik (tempat tersembunyi) untuk berdoa. Tuhan Yesus dalam Kitab Suci juga mengundurkan diri mencari tempat tersembunyi ketika berdoa.[1] Para Kudus Karmel juga menunjukkan hal yang sama. Salah satunya Beato Titus Brandsma. Dalam setiap kesibukan yang dikerjakan, dia tidak pernah lupa untuk beristirahat sejenak guna menyapa Tuhan dalam doa. Bahkan ketika dia sedang berkumpul dengan rekan kerja untuk membicarakan tugas yang diemban, dia mohon undur diri sejenak untuk berdoa (jika memang saat itu adalah waktu untuk berdoa).
Karmelit memang dipanggil untuk mengalami secara lebih mendalam hidup doa. Karmelit diundang untuk mencari bentuk doa baru yang dapat dilakukan secara pribadi di dalam bilik, sesuai dengan kharisma ordo. Santa Theresia Lisieux  mengajarkan doa secara sederhana saja yang dapat dilakukan di bilik masing-masing, yaitu mendoakan doa sederhana Gereja seperti Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya dan doa lainnya. Beato Titus Brandsma memberi teladan dengan doa devosi Gereja, dua devosi favoritnya adalah doa Rosario dan Jalan Salib. Sedangkan Yohanes dari Salib mengajarkan doa secara lebih mendalam yaitu dengan keheningan batin serta meditasi yang pada akhirnya tercurah pada tulisan-tulisan berkat tuntunan Roh Kudus.
Santo Yohanes dari Salib mengatakan bahwa hanya dengan doa dia mampu mendekati Allah dan merasakan hubungan mesra dengan Dia. Maka dari itu, seorang Karmelit perlu memupuk hubungannya dengan Allah melalui doa.
Doa pribadi itu masalah pemaknaan masing-masing. Setiap orang dapat menghidupi doanya secara pribadi. Para kudus Karmel di atas memberikan inspirasi tentang doa. Namun setiap orang mampu dan dapat menghidupi doanya secara pribadi.
Saya sebagai calon Karmelit belajar menempatkan doa sebagai pusat hidup. Doa pribadi sering saya laksanakandi bilik, sehingga saya merancang tempat doa disana. Tempat itu dibuat supaya ketika saya ingin berdoa dapat langsung memakainya.
Setiap harinya saya berusaha untuk tetap berdoa walaupun rasa capek atau malas sedang melanda. Minimal saya berdoa secara singkat yaitu dengan doa sederhana Gereja sesuai ajaran Santa Theresia Lisieux. Dalam hidup devosional saya sering berdoa Rosario dan doa Maria yang lain. Saya memiliki kedekatan dengan Bunda Maria sehingga saya merasa kedamaian ketika dekat dengannya.
Hidup doa yang saya hidupi membantu saya untuk semakin dekat dengan Allah, juga lewat perantara para kudus. Kedekatan dengan Allah membuat saya merasa damai dan mengerti akan kehendakNya. Namun tetap saja ada tantangan yang sering mengaburkan kemesraan saya dengan Allah. Dan itulah yang masih saya perjuangkan supaya dapat diolah sehingga tidak terlalu mengganggu hidup doa saya.
Hidup doa saya semakin hari semakin hidup, karena Roh Kudus hadir untuk membimbing. Kehadiran Roh Kudus terjadi karena saya mau dengan rela mempersilahkanNya untuk hadir dan membimbing. Roh Kudus ada ketika ada keterbukaan.
Secara sederhana sesuai dengan penghayatan pribadi, saya menghidupi doa dengan cara selalu mengingat Allah. Saya biasa membuat dialog hidup denganNya, menempatkan Dia sebagai pribadi yang hidup bersama saya. Dengan dialog itu, misalnya dengan menyapa “Selamat pagi Allah”,saya membuat Dia sungguh dekat. Dengan ini saya merasa bahwa doa lebih hidup dan relasi mesra-bertatap muka dengan Allah semakin terjaga.

Penutup
Itulah kehidupan Karmelit di dalam bilik dengan segala aktivitas suci mereka. Karmelit yang dengan sungguh menghidupinya akan menjadi Karmelit yang sejati. Para kudus Karmel telah mengalaminya, dan kini Karmelit juga dipanggil untuk setia menghidupinya.
Saya sebagai calon Karmelit masih belajar dan berjuang menghidupinya. Masih banyak kekurangan dan tantangan yang sering menjatuhkan. Namun lewat doa dan bimbingan Allah beserta para kudus Karmel, serta kesungguhan saya sendiri, saya yakin dapat menghidupi aktivitas-aktivitas suci di dalam bilik, sehingga saya dapat menjadi seorang Karmelit sejati.

Sumber Pustaka
___. Selayang Pamdang Ordo Karmel. Malang: Karmelindo, 2009.
Phang, Benny. Berkobar-kobar bagi Allah. Malang: Karmelindo, 2012.
Slattery, Peter. Sumber-sumber Karmel. Malang: Dioma, 1993.
Herwanta, Albertus.Berkaca pada Beato Titus Brandsma. Malang: Karmelindo,___.
___.Konstitusi Ordo Para Saudara Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Malang: Karmelindo, 1995.



[1]Bdk. Luk 9: 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar