Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Sabtu, 05 September 2015

Penghayatan 3 Kaul Kebiaraan dalam Hidup dan Ajaran Santa Maria Magdalena de Pazzi



Penghayatan 3 Kaul Kebiaraan
dalam Hidup dan Ajaran Santa Maria Magdalena de Pazzi
Oleh: Marianus Ivo Meidinata

“Tiga kaul kebiaraan adalah anugerah besar yang diberikan Allah kepada mereka yang terpanggil”

Santa Maria Magdalena de Pazzi memiliki penghayatan tentang 3 kaul kebiaraan yang mendalam dalam hidup dan ajarannya, salah satunya adalah kutipan perkataannya di atas. Dia begitu mencintai dan menghargai 3 kaul kebiaraan. Baginya siapa pun yang telah mengikrarkan kaul, seperti anak desa miskin yang dinikahi oleh seorang raja/ penguasa setempat, sehingga segala sesuatunya akan terpenuhi.
Dia menghendaki agar mereka yang menghidupi kaul kebiaraan sungguh memeliharanya. Sebab kaul tersebut merupakan kurban hidup yang dipersembahkan bagi Allah dan sebagai sarana meluhurkan-menghormatiNya. Dengan ketaatan dia menghormati Allah Bapa, sebab sudah selayaknya bahwa anak mentaati Bapanya. Dengan kemiskinan dia menghormati Sang Putera (sebagai tanda setia mengikutinya), sebab Yesus telah memberikan teladan kemiskinan sepanjang hidupNya. Dan dengan kemurnian dia menghormati Roh Kudus yang sejatinya adalah sumber kemurnian hidup pada diri manusia.
Melalui kurban inilah kesatuan dengan Allah akan tercapai dan jalan terang menuju surga semakin terbuka.

Ketaatan
Ketaatan itu seperti sikap anak kecil kepada ibunya. Anak kecil tidak mau menerima makanan selain daripada ibunya. Seperti itulah kamu yang tidak mau ‘makan’ selain dari Allah”

Ketaatan adalah sarana bersatu dengan Yesus. Santa Maria Magdalena de Pazzi mengimani sabda Yesus yang berkata bahwa siapa saja yang makan sehidangan denganNya, akan tinggal dalam diriNya. Makanan itu termasuk kataatan. Yesus taat kepada BapaNya, kita pun selayaknya makan dari ‘ketaatan’ itu. Dalam kehidupan sehari-hari, Allah hadir dalam diri pemimpin biara. Dia pun taat kepada kepada suster pimpinannya dengan memberikan diri untuk diatur dan digunakan sesuai dengan kehendak pimpinan. Dia percaya dan yakin bahwa perintah itu adalah perintah Allah sendiri. Bahkan dia taat ketika dilarang untuk bermatiraga dan berdoa karena suatu hal. Baginya semua itu luhur dan berguna bagi perkembangan hidupnya.

Dalam kaul ketaatan, Santa Maria Magdalena de Pazzi menanamkan rasa kurang pantas jika dia mengikuti keinginan diri, sehingga dia melaksanakan apa yang dikehendaki pemimpin biaranya dengan tulus, ikhlas dan rendah hati. “Tindakan sepele yang dikerjakan kurang sempurna lebih berkenan bagi Allah, daripada tindakan sempurna yang berdasarkan egois pribadi”, demikian dia sering berpikir. Baginya pekerjaan besar atau kecil itu sama saja, yang terpenting tetap sikap taat yang dihidupi.
Sejak masuk biara dia telah mampu mentaati perkataan suster pimpinan untuk mengerjakan pekerjaan hina dan sepele bagi seorang anak bangsawan, seperti mengepel dan mencuci piring. Taat bukanlah dalam fisik saja namun juga dalam hati. Allah akan setia kepada mereka yang taat. Allah juga akan memberikan imbalan yang sepantasnya bagi mereka yang taat, salah satunya sebuah ‘mahkota’ yang membuat seseorang lebih pantas merayakan perayaan Ekaristi.
Santa Maria Magdalena de Pazzi mengajarkan bahwa tindakan menuruti diri sendiri akan terus menggoda. Ada kalanya manusia terjerusmus pada kesalahan ini. Namun Allah tidak akan menghilangkan kesetiaannya, asal ada kesadaran dan penyesallan atas kesalahan yang telah diperbuat.
Dia pernah mengalami kesedihan ketika dia melaksanakan ketaatan yang cukup berat. Dia merasa menderita namun dia tidak mengeluh. Dia tetap setia melaksanakan dan yakin bahwa Allah akan menghibur. Pengalaman itulah yang juga diajarkannya bahwa Allah akan memberikan kedamaian kepada mereka yang mau taat kepada Allah.

Kemiskinan
“Kamu dapat dikatakan sebagai biarawan/ti, jika kamu: ingin makan tetapi tidak ada yang dapat dimakan, ingin tidur tetapi tidak ada tempat tidur dan rela menggunakan pakaian lama dan tidak bagus”

Ajaran Santa Maria Magdalena de Pazzi di atas adalah gambaran bagaimana seorang biarawan/ti harus hidup miskin dengan hanya mengandalkan Allah saja. Sebelum masuk biara, dia adalah puteri bangsawan kaya dan setelah masuk biara dia rela melepaskan segala kepunyaannya untuk menjadi miskin dihadapan Allah dan sesama.
Dia menyadari bahwa menghidupi kaul kemiskinan itu sulit dan berat. Namun dia berusaha untuk menerima. Bahkan dia juga berusaha untuk menjadi yang paling miskin di antara semua saudara, dengan menerima barang-barang tanpa memilih dan menyerahkan semua miliknya pada komunitas. Semakin hari dia semakin sabar menghidupi kemiskinan biara. Dia percaya bahwa hidupnya adalah milik Allah.
Dia mengatakan bahwa kaul kemiskinan adalah isteri Tuhan Yesus dan selayaknya menjadi ibu bagi biarawan/ti. Hal ini dimaksudkan bahwa kemiskinan harus menjadi sifat kita, sebagai sifat turunan dari ‘ibu’ kita. Segala tindakan dan karya kita harus selaras dengan kaul kemiskinan dan harus menurun pada hati dan budi, bukan sebatas pada tindakan.
Dia berkaca pada kaum miskin yang hanya memiliki barang-barang yang rendah dan tidak bernilai mahal. Mereka menerima dengan tulus apa pun yang mereka punya, sebab mereka berkeyakinan bahwa tidak pantas memiliki barang yang mahal. Dengan cara ini dia berjuang menghidupi kaul kemiskinan. Dia lebih senang jika dia tidak memiliki barang yang dibutuhkan dari pada memiliki barang yang berlebihan.
Dia seorang yang terbuka. Dengan rutin dia menyediakan waktu untuk mengoreksi diri, apakah sudah berlaku sesuai dengan kaul kemiskinan secara benar, terutama apakah dirinya masih memiliki kelekatan pada sesuatu yang akan mengaburkan perjuangannya menghidupi kaul kemiskinan. Dan ketika ditemukan dia langsung menyingkirkan kelekatan itu sebagai wujud kesetiaannya pada Allah.
Menghidupi kaul kemiskinan itu sulit. Namun dia mengingatkan bahwa hidup kita yang serba kekurangan karena kaul kemiskinan, akan berbuah berlipat ganda pada kehidupan kekal di surga. Kesulitan yang diterima dengan tulus akan berbuah pada kemuliaan dan kebahagiaan kekal. Jadi perlulah untuk bertahan dan selalu memohon bantuan kepada Allah.

Kemurnian
“Jiwa dan raga yang dipersembahkan bagi Allah perlu dijaga terus-menerus, supaya persembahan itu tetap suci dan tidak bercela dihadapan Allah.”

Kaul kemurnian adalah sarana mempersembahkan diri kepada Allah. Allah akan sedih ketika kemurniaan itu tidak dijaga. Sejak kecil (terutama sejak komuni pertama) Santa Maria Magdalena de Pazzi sudah bertekad untuk mempersembahkan diri kepada Allah, sehingga dia senantiasa menjaga kemurniannya supaya tetap berkenan bagi Allah. Tidak ada yang dapat merusak kemurniannya, bahkan pikiran sepele yang dapat merusak kemurnian pun dianggapnya sebagai pencobaan yang besar.
Kemurnian bukan melulu dalam hal fisik saja namun juga dalam hal rohani. Dua hal yang disoroti oleh Santa Maria Magdalena de Pazzi yaitu usaha menerima orang lain dan kesetiaan mengikuti Yesus. Seorang yang bertekat hidup murni harus menerima sesamanya dengan tulus hati. Dia menerima dan mencintai semua orang di biaranya. Bahkan mereka yang memandang sebelah mata akan tindakannya pun tetap dia cintai dengan tulus. Ketulusan itulah yang membantunya hidup murni.
Kesetiaannya mengikuti Yesus ditunjukkannya dengan setia bermati raga, melawan hawa napsu dan terus memurnikan cinta bagi Allah. Salah satu usaha dilakukannya dengan meninggalkan hal-hal duniawi yang menurutnya dapat merusak kemurnian, karena hal-hal duniawi itulah yang sering menawarkan kenikmatan-kenikmatan kepada setiap orang.
Kemurnian yang dia hidupi akhirnya membawanya untuk semakin dekat dengan Allah, semakin mesra dengan mempelainya. Dia mendapat kurnia mistik berupa visiun, stigmata, kurnia penyembuhanan dan ekstase. Kehausannya pada Allah pun telah terpuasakan dengan imbalan dan buah-buah dari Allah sendiri.

Penutup
Dalam menghayati 3 kaul kebiaraan, Santa Maria Magdalena de Pazzi tidak hanya menghidupi namun juga membagikan dalam rupa pengajaran. Sebuah penghayatan yang seimbang, antara perkataan dan teladan, antara hidup dan ajaran.
Hidup kecil yang sebatas di biara tidak menghalangi harum semerbak hidup dan ajarannya kepada dunia. Dunia (khususnya biarawan/ti) pun mengetahui bahwa mereka masih memiliki Santa Maria Magdalena de Pazzi sebagai teladan dan teman seperjuangan dalam menghayati 3 kaul kebiaraan yang semakin luntur.

“ 3 Kaul kebiaraan adalah kurban sejati yang dipersembahkan bagi Allah.
Peliharalah kaul-mu itu! “


Sumber:
Karmel, Frater. Pitedah-pitedah dalem Karohanen St. Maria Magdalena de Pazzi. 1955. Semarang: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar