Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Sabtu, 05 September 2015

Beato Titus Brandsma



Beato Titus Brandsma
Orang Kudus Karmel Inspirator Karmelit Masa Kini
Oleh Marianus Ivo Meidinata

Beato Titus Brandsma adalah orang kudus Karmel pada zaman post-modern, zaman yang berdekatan dengan zaman ini. Kehidupannya di zaman post-modern tidak jauh berbeda dengan kehidupan sekarang, juga dalam hidupnya sebagai seorang Karmelit. Inilah sekilas perjalanan hidupnya dalam menghayati Kharisma Karmel. sang inspirator karmelit zaman ini.

Pendoa di tengah dunia
Titus Brandsma memiliki dorongan yang besar untuk menjadi seorang pendoa. Dorongan itulah yang kemudian menjiwai hidupnya. Dia sadar bahwa doa adalah panggilannya, sehingga dia selalu menyatukan diri dengan doa. Baginya doa adalah suatu kehidupan.
Dalam hal doa, dia tampak sebagai seorang Katolik sejati. Baginya perayaan Ekaristi adalah nafas kehidupannya. Kitab Suci dan Ibadat harian dia rasakan sebagai pegangan hidup dan penyemangat hidup. Dalam usahanya untuk bersatu dengan Allah, dia meminta perantara dari Bunda Maria lewat doa Rosario dan lewat Jalan Salib dia menghayati sengsara Sang Allah Putra. Itulah kehidupan rohaninya yang begitu kental dengan jiwa Katolik.
Sebagai seorang pendoa, dia selalu mengusahakan keheningan. Walaupun aktifitas dan lingkungan kerjanya kurang mendukung, namun dia tetap berusaha menempatkan hati dan batinnya dalam keheningan. Dalam keheningan itulah dia mendengarkan bisikan Roh Kudus yang menyampaikan kehendak Allah. Ketika di penjara dia sangat bersyukur karena dia merasakan suasana hening yang mendalam, sehingga dia merasa begitu dekat dengan Allah.
Hidup doa yang mendalam membawanya pada hidup kontemplasi dan hidup kontemplasi membawanya pada Allah. Usaha untuk selalu mencari wajah Allah, ternyata membuahkan hasil. Dia sadar dan menemukan bahwa Allah ada dan bersemayam dalam lubuk jiwanya yang mendalam, yang selama ini selalu mendorongnya untuk hidup dalam doa dan kotemplasi. Dia juga menemukan Allah di lingkungan sekitar, baik dalam pribadi manusia, alam, budaya, politik maupun religius. Inilah yang membentuknya menjadi pribadi yang terbuka.

Kasih kenabian bagi Allah, Gereja dan sesama
Hidup doa dan kontemplasi Titus Brandsma tidak membuat dia melayang jauh dari dunia. Namun dia semakin mendarat-berkarya bagi Gereja dan sesama tanpa membedakan satu dengan yang lain.
Dapat dilihat bagaimana kegigihannya dalam membela Gereja. Ketika Gereja terancam musnah karena kekejaman Nazi, dia dengan tekun mempelajari seluk-beluk Nazi supaya dapat melawannya. Dia tidak takut dengan raksasa Nazi. Dia melawan Nazi lewat pengajaran di sekolah dan tulisannya di surat kabar. Pembelaan terhadap Gereja juga ditunjukkan lewat semangat ekumene. Dia aktif untuk meningkatkan relasi antara Gereja Timur, Protestan maupun Gereja Reformis lainnya. Lewat kerja sama dan dialog, dia berusaha memperkuat Gereja. Itu semua terjadi karena dorongan kasih yang ada pada dirinya.
Kasih kenabian yang dipancarkannya bukan hanya bagi Gereja, namun juga bagi sesama. Dia menunjukkan bahwa dirinya adalah saudara bagi semua. Walaupun sibuk, dia tetap bersedia dengan tenang dan penuh minat untuk membantu siapa pun yang meminta bantuan. Hebatnya, kadang dia membantu orang lain ketika orang itu belum sempat memintanya.
Kasihnya tampak jelas dalam hasrat dan kesiapsediaan menolong orang lain. Dia menunjukkan perhatian kepada orang miskin. Dia sering berkunjung ke rumah orang miskin dan selalu memberi makan kepada orang miskin yang mengetuk pintu biaranya. Ketika di sekolah, dia tidak membedakan agama murid-muridnya. Ketika di penjara pun, dia sering melakukan kunjungan kepada mereka yang sakit dan terpuruk. Walaupun merasa lapar, dia rela memberikan makanan kepada sesama tahanan yang kelaparan. Dia mempunyai pegangan bahwa dia akan melakukan sesuatu bagi sesamanya asal dia dapat melakukannya. Karena itulah dia dikasihi oleh banyak orang.
Kasih kenabian juga dia berikan bagi mereka yang menganiayanya yaitu Nazi. Dia tidak pernah berkata kasar dan menyimpan dendam kepada mereka. Ketika diperlakukan kasar, dia menerima dengan hati tulus dan tanpa kebencian. Salah satu tindakan kasih ditunjukkannya dengan memberikan rosario kepada suster yang menyuntiknya dengan cairan beracun
Segala tindakannya bagi Gereja dan sesama adalah perwujudan kasihnya bagi Allah. Allah hadir dalam pribadi mereka. Dia berpegang pada ayat dalam Kitab Suci, “Orang yang tidak mengasihi saudaranya yang dapat dilihatnya tidak dapat mengasihi Allah yang tidak dapat dilihatnya” (1 Yoh 4: 20).

Teladan dari karmelit sejati
Demikian sekilas hidup Beato Titus Brandsma dalam menghidupi Kharisma Karmel. Hidupnya mencerminkan hidup Karmelit sejati, hidup yang dipenuhi dengan doa, persaudaraan dan pelayanan. Sekarang zaman hidup Karmelit tidak jauh berbeda dengan zaman hidup Beato Titus Brandsma. Perlulah menjadikan Beato Titus Brandsma sebagai inspirator penghayatan Kharisma Karmel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar