Orang Kudus Karmel Inspirator Karmelit Masa Kini
Oleh Marianus Ivo Meidinata
Beato Titus Brandsma adalah orang
kudus Karmel pada zaman post-modern, zaman yang berdekatan dengan zaman ini.
Kehidupannya di zaman post-modern tidak jauh berbeda dengan kehidupan sekarang,
juga dalam hidupnya sebagai seorang Karmelit. Inilah sekilas perjalanan hidupnya
dalam menghayati Kharisma Karmel. sang inspirator karmelit zaman ini.
Pendoa di tengah dunia
Titus Brandsma memiliki dorongan yang
besar untuk menjadi seorang pendoa. Dorongan itulah yang kemudian menjiwai hidupnya.
Dia sadar bahwa doa adalah panggilannya, sehingga dia selalu menyatukan diri
dengan doa. Baginya doa adalah suatu kehidupan.
Dalam hal doa, dia tampak sebagai
seorang Katolik sejati. Baginya perayaan Ekaristi adalah nafas kehidupannya.
Kitab Suci dan Ibadat harian dia rasakan sebagai pegangan hidup dan penyemangat
hidup. Dalam usahanya untuk bersatu dengan Allah, dia meminta perantara dari
Bunda Maria lewat doa Rosario dan lewat Jalan Salib dia menghayati sengsara
Sang Allah Putra. Itulah kehidupan rohaninya yang begitu kental dengan jiwa
Katolik.
Sebagai seorang pendoa, dia selalu
mengusahakan keheningan. Walaupun aktifitas dan lingkungan kerjanya kurang
mendukung, namun dia tetap berusaha menempatkan hati dan batinnya dalam
keheningan. Dalam keheningan itulah dia mendengarkan bisikan Roh Kudus yang
menyampaikan kehendak Allah. Ketika di penjara dia sangat bersyukur karena dia
merasakan suasana hening yang mendalam, sehingga dia merasa begitu dekat dengan
Allah.
Hidup doa yang mendalam membawanya pada
hidup kontemplasi dan hidup kontemplasi membawanya pada Allah. Usaha untuk
selalu mencari wajah Allah, ternyata membuahkan hasil. Dia sadar dan menemukan
bahwa Allah ada dan bersemayam dalam lubuk jiwanya yang mendalam, yang selama
ini selalu mendorongnya untuk hidup dalam doa dan kotemplasi. Dia juga
menemukan Allah di lingkungan sekitar, baik dalam pribadi manusia, alam,
budaya, politik maupun religius. Inilah yang membentuknya menjadi pribadi yang
terbuka.
Kasih kenabian bagi
Allah, Gereja dan sesama
Hidup doa dan kontemplasi Titus
Brandsma tidak membuat dia melayang jauh dari dunia. Namun dia semakin
mendarat-berkarya bagi Gereja dan sesama tanpa membedakan satu dengan yang
lain.
Dapat dilihat bagaimana kegigihannya dalam
membela Gereja. Ketika Gereja terancam musnah karena kekejaman Nazi, dia dengan
tekun mempelajari seluk-beluk Nazi supaya dapat melawannya. Dia tidak takut
dengan raksasa Nazi. Dia melawan Nazi lewat pengajaran di sekolah dan tulisannya
di surat kabar. Pembelaan terhadap Gereja juga ditunjukkan lewat semangat
ekumene. Dia aktif untuk meningkatkan relasi antara Gereja Timur, Protestan
maupun Gereja Reformis lainnya. Lewat kerja sama dan dialog, dia berusaha
memperkuat Gereja. Itu semua terjadi karena dorongan kasih yang ada pada dirinya.
Kasih kenabian yang dipancarkannya
bukan hanya bagi Gereja, namun juga bagi sesama. Dia menunjukkan bahwa dirinya
adalah saudara bagi semua. Walaupun sibuk, dia tetap bersedia dengan tenang dan
penuh minat untuk membantu siapa pun yang meminta bantuan. Hebatnya, kadang dia
membantu orang lain ketika orang itu belum sempat memintanya.
Kasihnya tampak jelas dalam hasrat
dan kesiapsediaan menolong orang lain. Dia menunjukkan perhatian kepada orang
miskin. Dia sering berkunjung ke rumah orang miskin dan selalu memberi makan
kepada orang miskin yang mengetuk pintu biaranya. Ketika di sekolah, dia tidak
membedakan agama murid-muridnya. Ketika di penjara pun, dia sering melakukan
kunjungan kepada mereka yang sakit dan terpuruk. Walaupun merasa lapar, dia
rela memberikan makanan kepada sesama tahanan yang kelaparan. Dia mempunyai
pegangan bahwa dia akan melakukan sesuatu bagi sesamanya asal dia dapat
melakukannya. Karena itulah dia dikasihi oleh banyak orang.
Kasih kenabian juga dia berikan bagi mereka
yang menganiayanya yaitu Nazi. Dia tidak pernah berkata kasar dan menyimpan
dendam kepada mereka. Ketika diperlakukan kasar, dia menerima dengan hati tulus
dan tanpa kebencian. Salah satu tindakan kasih ditunjukkannya dengan memberikan
rosario kepada suster yang menyuntiknya dengan cairan beracun
Segala tindakannya bagi Gereja dan
sesama adalah perwujudan kasihnya bagi Allah. Allah hadir dalam pribadi mereka.
Dia berpegang pada ayat dalam Kitab Suci, “Orang yang tidak mengasihi
saudaranya yang dapat dilihatnya tidak dapat mengasihi Allah yang tidak dapat
dilihatnya” (1 Yoh 4: 20).
Teladan dari karmelit
sejati
Demikian sekilas
hidup Beato Titus Brandsma dalam menghidupi Kharisma Karmel. Hidupnya mencerminkan hidup Karmelit
sejati, hidup yang dipenuhi dengan doa, persaudaraan dan pelayanan.
Sekarang zaman hidup Karmelit tidak jauh berbeda dengan zaman hidup Beato Titus
Brandsma. Perlulah menjadikan Beato Titus Brandsma sebagai inspirator
penghayatan Kharisma Karmel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar