Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Selasa, 21 Februari 2017

Beato Titus Brandsma


Prinsip Pelayanan Beato Titus Brandsma
Oleh: Marianus Ivo Meidinata, O.Carm.

Beato Titus Brandsma adalah teladan bagi para Karmelit dalam hidup pelayanan sehari-hari. Dalam hidupnya, pelayanan bukanlah hal yang asing. Selain melayani di komunitas dan tempat karyanya (misalnya di dunia pendidikan maupun jurnalistik), dia juga memberi pelayanan kepada mereka yang membutuhkan. Baginya semua orang berhak mendapat pelayanannya.

Melayani dengan Kasih
Titus Brandsma memiliki jiwa pelayanan yang didorong oleh kasih. Kasih menjadi keutamaan hidup yang menonjol dalam hidupnya. Hidupnya memancarkan  kasih yang sangat besar. Dapat dikatakan bahwa hidupnya adalah kasih. Kasih ini terwujud dalam tindakan sehari-hari yang dilakukannya untuk menolong sesama yang membutuhkan.
Henry Brandsma, seorang saudaranya mengatakan, “Kasihnya sungguh luar biasa. Dia sangat ingin menolong semua orang. Hamba Tuhan itu mewujudkan kasih sampai pada titik yang mengagumkan. Dia selalu  mencoba menjadi seorang yang bermanfaat bagi sesamanya.”
Suatu hari seorang penjual alat-alat tulis datang kepada Titus dan mengungkapkan segala kesulitannya dalam hal ekonomi. Titus sebagai pribadi yang penuh dengan kasih langsung membantunya dengan membeli barang-barang jualannya. Dengan penuh kasih, dia mencoba membantu orang yang membutuhkan. Dan bukan hanya penjual ini yang telah dia bantu, ada banyak orang miskin yang datang kepada Titus yang juga mendapat pertolongan dari Titus Brandsma. Dia sudah dikenal sebagai seorang figur yang penuh dengan kasih menolong siapa pun yang membutuhkan. Jiwa pelayanannya sungguh menonjol kepada mereka yang miskin dan papa.
Dia lebih suka menolong orang lain secara pribadi daripada menolong dalam kelompok sosial karitatif. Dia berpendapat bahwa membantu orang lain secara pribadi akan lebih memancarkan kasih kepada orang lain, daripada melalui kelompok sosial. Rasa dan suasana yang penuh kasih satu sama lain akan lebih terpancar ketika seseorang mampu membantu orang lain secara pribadi. Dalam hal ini akan muncul kasih yang memikat satu sama lain. Inilah ciri khas kasih Titus Brandsma.
Kasih yang terpancar dalam pelayanannya, juga terlihat dari penyangkalan diri yang dia lakukan. Ketika ada orang yang membutuhkan pertolongannya, dia akan tetap menolong walaupun dalam keadaan sibuk. Misalnya saja ketika dia sedang sibuk karena tugas di universitas, dia tetap dengan senang hati membantu orang lain yang membutuhkan walaupun itu membuang waktunya. Atau ketika dia berada di dalam tahanan, dia sering membantu oarng lain yang berkekurangan walaupun dia juga berkekurangan. Dia selalu memberi orang lain makanan, doa, maupun hal lain yang dibutuhkan. Bahkan sampai ajal hampir menjemputnya, dia masih setia memberikan pelayanan total kepada mereka yang membutuhkan. Sungguh, kasihnya menerjang segala hambatan dalam pelayanan.

Pelayanan Tanpa Pandang Bulu
Pelayanan Titus Brandsma juga dikenal sebagai pelayanan yang tidak membeda-bedakan. Dia melayani semua orang, mulai dari para petinggi sampai pada mereka yang terlantar. Pelayanannya tidak eksklusif kepada mereka yang memiliki kekayanan maupun kehormatan.
Titus Brandsma telah diberi banyak sarana melayani oleh Allah. Dia berkarya di dalam komunitas, dunia pendidikan, jurnalistik, Gereja, maupun dalam masyarakat. Allah memberi semua itu supaya Titus mampu melayani orang lain lebih luas, bukan hanya dalam komunitas tetapi lebih luas kepada masyarakat. Titus memanfaatkan semua sarana yang telah diberikan oleh Allah itu sebagai rahmat dalam melayani.
Dalam komunitas, dia tetap bertindak sebagai konfrater yang sederhana, tidak bertingkah seolah sudah menjadi konfrater yang unggul/ yang hanya berada di lingkaran para intelektual. Pelayanannya meluas mulai dari para novis sampai para petinggi ordo. Menarik ketika para novis meminta tolong kepada Titus, dengan sopan dan penuh perhatian dia melayani tanpa ada perasaan yang merendahkan. Bahkan dia begitu sopan kepada para novis. Hal ini terlihat ketika dia berjalan di depan para novis. Dia menundukkan kepala seakan para novis adalah sesama konfrater yang memiliki jabatan tinggi. Sungguh dia tidak membedakan status dan jabatan orang lain. Semua adalah sama di matanya.
Begitu pula ketika di unversitas, dia sering membantu para frater yang kesulitan dalam mengerjakan tugas. Dia rela membuang waktu hanya untuk membantu para frater yang kesulitan mengerjakan tugas. Betapa berharganya seorang frater di mata Titus Brandsma sehingga dia rela menyisihkan kesibukannya untuk membantu para frater.
Dalam Gereja, dia juga tidak memilih Gereja Katolik Roma maupun Gereja yang lain. Komitmennya kuat untuk mempersatukan semua Gereja. Dia meningkatkan relasi dialogis dan kerja sama dengan Gereja Kristen, baik reformis maupun timur. Seorang pendeta menggambarkan Titus sebagai  saudaranya yang terkasih. Dia mengungkapkan bahwa Titus Brandsma adalah suatu misteri rahmat. Sebenarnya bukan hanya kepada Gereja saja dia bertindak demikian, namun kepada semua elemen dalam kehidupan. Dia menunjukkan pelayanannya kepada Katolik, Protestan, ateis, maupun komunis. Seorang yang mengenal Titus mengungkapkan, “Saya kira Titus Brandsma tidak pernah mempersoalkan iman orang lain; baginya kami semua adalah sesama manusia.”
Pelayanannya yang dikenal masyarakat sebagai pelayanan tanpa pandang bulu adalah ketika dia menentang dikeluarkannya para murid keturunan Yahudi dari sekolah Katolik. Selain itu, dia juga pernah menolong seorang anak keturunan Armenia. Masih ada banyak lagi yang membuat dia dikenal sebagai figur teladan dalam memberi pelayanan kepada siapa pun. Pelayanannya menembus belenggu agama, kelas sosial, maupun segala belenggu perbedaan dalam masyarakat.

Nabi  Allah dan Gereja
Titus Brandsma adalah figur nabi dewasa ini. Dia adalah sosok yang patut dikatakan sebagai nabi, sebab segala tindakan yang dia lakukan sungguh mencerminkan tindakan seorang nabi. Segala pelayanannya dilakukan demi orang lain. Dan dalam hal ini dia melihat orang lain, sesamanya sebagai Allah dan Gereja. Dan pada akhirnya segala pelayanannya dipersembahkan untuk Allah dan Gereja.
Dalam pelayanannya, dia berkomitmen untuk melayani Allah dan Gereja. Dia menggunakan pelayanannya untuk menyebarkan iman Katolik. Penyebaran iman Katolik itulah yang dia persembahkan untuk melayani Allah dan Gereja. Kerasulan aktifnya dalam menyebarkan iman Katolik adalah wujud pelayanannya bagi Allah dan Gereja.
Dalam kehidupan sehari-hari, pelayanannya bagi orang lain adalah sarana untuk mewartakan Allah dan iman Katolik. Dia berusaha supaya pelayanan yang diberikan nantinya membuat orang mengenal dan merasakan kehadiran Allah dan iman yang dia miliki. “Pelayanan kita kepada sesama harus sangat menonjol”, demikian pernyataan yang sering dia ungkapkan. Baginya melayani sesama adalah sarana menyebarkan iman Katolik dan Allah sendiri. Sekaligus, pelayanannya bagi sesama dimaknainya sebagai pelayanan bagi Allah dan Gereja. Sebab Allah hadir dalam diri setiap orang, dan Gereja juga bertumbuh dalam diri setiap orang beriman.
Sebagai seorang jurnalis dia mewujudkan pelayanan kepada Allah dan Gereja lewat tulisan-tulisannya yang mengandung nilai Kristiani. Hal ini dilakukan supaya semakin banyak orang mengenal iman Katolik. Kegigihannya melayani Allah dan Gereja juga ditunjukkannya lewat pembelaannya terhadap Gereja atas serangan Nazi. Sampai akhirnya dia ditangkap oleh karena tulisannya yang menyudutkan Nazi. Dia gigih membela Gereja atas kecintaannya terhadap Allah. Pelayanannya total - penuh pengorbanan, tanpa takut  menyerahkan nyawanya.
Inilah puncak dari seluruh pelayanan yang diberikannya bagi sesama. Allah dan Gereja adalah tujuan utama pelayanannya. Dia sungguh seorang nabi yang rela mati demi Allah dan Gereja. Pelayanan bagi Allah dan Gereja perlu diutamakan, sebab dalam Allah dan Gereja, Titus Brandsma hidup. Dia hidup di hadirat Allah, dan dia hidup dalam Gereja. Dan akhirnya, dia pun ingin selalu melayani Allah dan Gereja, sumber dan tumpuan hidupnya.

Penutup

Itulah prinsip-prinsip pelayanan Beato Titus Brandsma. Karmelit dipanggil untuk mengikuti teladan hidup Beato Titus Brandsma. Dialah figur yang tepat bagi Karmelit zaman ini. Hidup di tengah dunia yang semakin kacau karena perkembangan zaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar