SANTO
DANIELE COMBONI
Oleh: Fr. Yosep Septiawan, O.Carm
Daniele
Comboni lahir pada 15 Maret 1831 di Limone sul Garda di Brescia. Ia adalah anak
dari Luigi Comboni dan Domenica Pace yang bekerja sebagai tukang kebun. Daniele
merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Pada tanggal 20 Februari 1843,
ia sekolah di Verona, sebuah institusi yang didirikan oleh Bapa Nicola Mazza. Selama
menjalani studi di Verona, Daniele menemukan panggilannya karena ia terpesona
dengan misi di Afrika Tengah. Akhirnya dengan tekat yang kuat, ia memasuki
hidup baru sebagai seorang imam.
Daniele yang
telah tiga tahun ditahbiskan menjadi imam akhirnya pergi ke tanah misi Afrika.
Ia bersama dengan rekan kerja misi berangkat ke tanah Sudan. Lepas dari
pandangan Daniele, tanah misi Afrika ternyata membuatnya tersentak. Ia
dihadapkan pada situasi yang sulit, cuaca yang sangat ekstrim, kemiskinan yang
mendera dan kematian dari rekan-rekannya. Mekipun demikian, Daniele tidak
pantang menyerah dalam pelayanan. Dalam surat yang dituliskan kepada orang
tuanya, Ia mengatakan demikian,” "Kami
harus bekerja keras, berkeringat, mati, tetapi itu semua karena cinta kepada
Yesus Kristus dan keselamatan jiwa-jiwa yang ditinggalkan di dunia, terlalu
manis bagi kita untuk berhenti dari misi ini ". Setelah perjuangan panjang untuk
mewartakan Injil di Afrika Tengah, pada tanggal 2 Juli 1877 Daniele Comboni ditahbiskan
menjadi uskup.
Daniele
dikenal sebagai seorang pejuang yang tak kenal lelah. Ide-ide dan kegiatan yang
ia lakukan sugguh membuat orang terheran-heran. Hal ini terlihat dalam perjuangannya
melawan perdagangan budak yang pada waktu itu sangat marak, perjuanganya untuk
melawan bandit yang meresahkan umatnya dan perjuangannya untuk bertahan
ditengah cuaca yang ekstrem. Daniele termasuk orang yang mampu bertahan
ditengah pergolakan yang terjadi di Afrika dan cuaca yang ekstrem. Sebagaian
besar dari rekannya meninggal dunia. Berulang kali misionaris datang ke Afrika
tetapi sedikit yang bisa bertahan. Misi Afrika membutuhkan sosok yang kuat
dalam iman dan mental. Perjalanan
misinya ini merupakan salib yang akan membawanya pada kemenangan akan Kristus.
Sumber Referensi:
NB. Artikel ini pernah termuat dalam RUAH 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar