Mendaki Puncak Kebahagiaan
Karmelit
Jalan Karmelit Mencapai Puncak
Kebahagiaan dalam Hidup Panggilannya
Oleh : Fr. Marianus Ivo Meidinata,
O. Carm.
Tidak ada satu
manusia pun di dunia ini yang tidak mendambakan kebahagiaan. Manusia akan selalu
mencari cara untuk mencapai kebahagiaan itu. Begitu pula dengan Karmelit, dalam
proses mencari kebahagiaan mereka harus mengikuti panggilan hidupnya. Panggilan hidup di Ordo Karmel itulah yang
akan menuntun mereka mencapai puncak kebahagiaan yang
khas sebagai Karmelit.
Kebahagiaan
Kebahagiaan
adalah tujuan hidup setiap manusia. Tanpa sadar, manusia akan selalu mencari
kebahagiaan. Menurut Boethius, kebahagiaan adalah suatu kondisi yang menjadi
sempurna karena hadirnya segala sesuatu yang baik. Pendapat ini dapat diartikan
bahwa kebahagiaan berhubungan erat dengan kebaikan.
Kebahagiaan
merupakan ‘hasil sebuah aktivitas’. Kebahagiaan dapat diraih jika manusia
menjalani kehidupan yang menunjangnya. Ini diartikan bahwa manusia perlu
berusaha mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan akan datang dengan sendirinya jika
manusia mau mengusahakan dengan melakukan hal-hal yang baik.
Manusia perlu
berhati-hati dengan prinsip “Aku menikmati maka aku ada”. Prinsip ini telah
membawa manusia pada kebahagiaan yang dangkal. Manusia telah berpikir bahwa
uang, kesohoran, kekuasaan dan status hidup adalah tempat kebahagiaan itu
berada. Dan inilah yang kini telah meracuni pikiran manusia bahwa kebahagiaan
dapat dinikmati asal keempat hal tersebut dimiliki.
Menurut Sokrates
untuk mencapai kebahagiaan manusia perlu menumbuhkembangkan jiwa dan menjadikannya
lebih baik. Langkah awal yang perlu dilalui adalah memiliki pengetahuan akan
yang baik dan melaksanakannya. Setelah itu manusia perlu turut serta menata
kehidupan bersama di lingkungannya, sehingga dia mampu menghantar orang lain
pada kebahagiaan. Kebahagiaan yang dirasakan diri sendiri dan orang lain akan
menyempurnakan kebahagiaan jiwa manusia itu sendiri.
Lain lagi dengan
pandangan St. Thomas Aquinas. Dia menegaskan bahwa kebahagiaan tidak terletak
pada proses aktualisasi diri atau pengembangan diri, melainkan melampauinya, yaitu
ketika manusia memandang Allah, sumber segala kebahagiaan. Manusia perlu
memandang Allah sebagai sumber kebahagiaan sehingga segala aktivitasnya perlu
terarah pada Allah.
Kebahagiaan
merupakan aktivitas, sekaliguas keadaan yang dihasilkannya. Manusia yang telah
merasakan kebahagiaan telah mencapai puncak hidup yaitu hidup dalam persatuan dengan Allah,
sumber kebahagiaan. Dengan kebahagiaan inilah manusia akan mampu memancarkan
kebahagiaan dari dalam dirinya kepada sesama.
Karmelit
Karmelit adalah
sebutan bagi para anggota Ordo Karmel, kelompok/ ordo religius dalam Gereja
Katolik. Mereka adalah manusia biasa yang tertarik untuk mengabdikan diri pada
Allah dan Gereja melalui jalan yang berbeda dengan manusia yang lain. Sebagai
kelompok, karmelit memiliki dua aturan hidup yang biasa disebut regula dan
kontitusi.
Dalam Regula
Ordo Karmel nomor 2 tertulis tujuan hidup Karmelit, yaitu ‘hidup taat kepada
Yesus Kristus dan setia mengabdiNya dengan hati murni dan hati nurani yang
baik’. Dapat dikatakan pula, tujuan hidup tersebut merupakan dasar hidup
Karmelit dan para anggota kelompok religius yang lain.
Secara umum kaum
religius menghayati hidup ‘mengikuti Yesus Kristus’ dengan menghidupi 3 nasehat
Injil yaitu ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Namun setiap kelompok religius
memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lain. Ciri khas yang dimiliki oleh
para Karmelit terletak pada kharisma hidup mereka. Ada 3 kharisma yang
ditekankan pada Ordo Karmel yaitu hidup doa, persaudaraan dan pelayanan.
Kharisma inilah yang membedakan Karmelit dengan kelompok religius yang lain.
Ada banyak
kelompok dan cara hidup yang digunakan untuk mengikuti Yesus Kristus. Kharisma hidup
yang dimiliki para Karmelit ini adalah cara mereka untuk mengikuti Yesus
Kristus. Karmelit mengambil ketiga cara ini untuk memudahkan anggota untuk lebih
konkret melaksanakan tujuan mereka.
Hidup doa adalah
cara hidup yang ditekankan sejak awal terbentuknya kelompok Karmelit. Hidup doa
dijadikan sebagai faktor penting dalam mempersatukan nilai-nilai hidup yang
lain. Cara hidup ini digunakan pula sebagai perekat hubungan Karmelit dengan
Yesus Kristus yang mereka abdi. Hidup doa akan memunculkan kasih setia yang
lebih sempurna kepada sesama. Proses inilah yang akan mengarahkan Karmelit
kepada persatuan dengan Allah dan kemurnian hati untuk bersaudara dan melayani
sesama.
Persaudaraan
adalah sikap hidup kedua yang ditekankan oleh para Karmelit. Persaudaraan ini
sebagai perpanjangan dari hidup doa. Para Karmelit yang mampu menghidupi hidup doa dengan serius akan mampu melihat
Allah dalam diri sesama. Menjadi saudara berarti tumbuh dalam persatuan dan dalam
kebersamaan. Selain itu menjadi saudara juga berarti saling peduli atas
kebahagiaan rohani dan psikologi sesama.
Sebagai kelompok
pendoa yang bersaudara, para Karmelit juga perlu memberi pelayanan di luar
kelompoknya. Pelayanan ini menunjukkan
bahwa Ordo Karmel bukan kelompok yang tertutup. Namun Karmelit ingin
menunjukkan hasil doa dan persaudaraan dalam pelayanan. Hal ini juga
dimaksudkan untuk membagikan kebiasaan berdoa dan bersaudara secara lebih luas.
Para Karmelit menyadari bahwa Yesus Kristus yang mereka abdi ada dalam diri
mereka, sehingga para Karmelit merasa perlu untuk melayani.
Jalan
Mendaki Puncak Kebahagiaan Karmelit
Dalam hidup para
Karmelit, kebahagiaan adalah tujuan
hidup mereka bergabung dengan Ordo Karmel. Mereka merasa bahwa Ordo Karmel
adalah tempat yang cocok bagi mereka. Karena itulah, mereka merasa bahwa
kebahagiaan akan tercapai di Ordo Karmel. Tujuan hidup ‘mencapai kebahagiaan’
adalah tujuan hidup yang umum didambakan oleh semua manusia.
Namun dalam
perjalanan hidup, mereka mengalami biasnya jalan yang mereka lewati.
Kebahagiaan yang mereka dambakan mulai memiliki arti melenceng. Kebahagiaan
mulai diartikan sebagai sesuatu yang dapat dinikmati dengan uang, kesohoran,
kekuasaan dan status hidup. Melencengnya arti dari kebahagiaan diakibatkan
situasi hidup mereka, yang mau tidak mau ketika mereka berada di Ordo Karmel,
keempat hal tersebut akan semakin mudah didapat. Jika mereka tidak mampu
mengolah dan menahan diri untuk menikmati kebahagiaan semu tersebut, mereka
akan tetap berada pada jalan yang salah.
Walaupun
demikian, tetap ada Karmelit yang ingin kembali kepada kebahagiaan yang
sesungguhnya. Mereka sadar akan kebahagiaan semu yang mereka miliki. Mereka
merasa bahwa kebahagiaan itu akhirnya menimbulkan kejenuhan dan tidak ada yang
mampu menciptakan rasa lega. Namun pada kenyataannya banyak dari mereka yang
tidak mengetahui jalan kembali dan jalan untuk meraih kebahagiaan yang sejati
itu.
Tidak jarang
kesibukan dan usia panggilan yang semakin bertambah membuat para Karmelit lupa
akan pegangan hidup panggilan mereka. Banyak dari mereka merasa bahwa setelah
resmi menjadi Karmelit, mereka akan tetap selalu berada di Ordo Karmel. Hal
inilah yang juga membuat mereka melupakan pegangan hidup mereka yaitu Regula
dan Konstitusi. Padahal jalan kembali untuk meraih kebahagiaan sejati itu ada
di dalamnya.
Jalan menuju
kebahagiaan para Karmelit adalah mengikuti Yesus Kristus. Dalam Ordo Karmel
cara mengikuti Yesus Kristus adalah dengan menghidupi kharisma ordo yaitu dalam
doa, persaudaraan dan pelayanan. Cukup dengan menghidupi kharisma ini, para
Karmelit akan mampu mencapai kebahagiaan yang didambakan. Sebab kebahagiaan
akan mampu dicapai ketika manusia mampu mengusahakan dalam kebaikan.
Ada lagi model
kedua, Karmelit yang tidak mampu mencapai kebahagiaannya. Mereka mengetahui
cara mencapai kebahagiaan panggilan dalam Karmel, namun mereka tidak mau
menghidupinya karena berbagai alasan. Ini juga tidak akan banyak membantu
mereka mencapai tujuan kebahagiaan. Menurut Sokrates mereka masih bergerak setengah
langkah saja, sebab langkah akan disebut penuh jika manusia memiliki
pengetahuan akan yang baik dan mampu melaksanakannya.
Perlu diketahui
sekali lagi bahwa para Karmelit mampu mencapai kebahagiaan sebagai Karmelit
jika mereka mampu menghidupi kharisma Karmel. Jika Karmelit melakukan kebaikan di luar kharisma ordo,
mereka tetap akan merasakan kebahagiaan. Namun itu bukanlah puncak kebahagiaan
Karmelit karena kebahagiaan yang sungguh Karmel terletak dalam kharisma ordo.
Kharisma Ordo Karmel dikatakan sudah cukup membantu karena kebahagiaan yang
sempurna dicapai ketika manusia mampu turut serta menata lingkungan sekitarnya.
Kebahagiaan akan sempurna ketika dinikmati oleh diri sendiri dan orang lain.
Pengertian inilah yang terkandung dalam hidup doa, persaudaraan dan pelayanan.
Ordo Karmel
sebagai kelompok religius dalam Gereja Katolik, turut menempatkan Allah dalam
kebahagiaannya. Seperti yang dikatakan St. Thomas Aquinas, Karmelit pun
menempatkan Allah sebagai puncak dan tujuan kebahagiaan. Hal ini terlihat pada
kharisma ordo yang menekankan hidup doa.
Penekanan hidup doa ini dimaksudkan supaya dalam hidup persaudaraan dan pelayanan yang dilakukan semata-mata hanya
untuk Allah, pusat dari kebahagiaan itu.
Para Karmelit
menghidupi doa sebagai dasar relasi dengan Allah dan sesama. Relasi dengan
Allah mampu diwujudnyatakan ketika Karmelit mampu melihat Allah dalam diri
sesamanya. Inilah model persaudaraan yang muncul dari kasih yang tulus. Kasih
inilah yang menggerakkan Karmelit menghidupi hidup pelayanan mereka. Pelayanan
yang bukan untuk popularitas diri yang nantinya akan menjerumuskan pada
kenikmatan/ kebahagiaan semu. Tetapi pelayanan bagi Allah, Sang sumber
kebahagiaan yang berada dalam diri sesama.
Penutup
Sebagai manusia
biasa, Karmelit mendambakan kebahagiaan dalam hidup mereka. Mereka merasa bahagia
ketika terpanggil mengikuti Yesus Kristus dalam Ordo Karmel. Jalan yang dapat
ditempuh oleh para Karmelit untuk mencapai puncak kebahagiaan itu adalah dengan
menghidupi kharisma Ordo Karmel (doa, pelayanan dan persaudaraan). Kharisma
ordo akan membawa Karmelit merasakan kebahagiaan bersama sesama dalam persatuan
dengan Allah, sumber kebahagiaan sejati. Itulah puncak kebahagiaan sejati para
Karmelit dalam mengikuti panggilannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pandor, Pius. 2014. Seni Merawat Jiwa. Jakarta: Obor.
Institut Karmel Indonesia. 2006. Konstitusi Ordo Saudara-saudara Santa
Perawan Maria dari Gunung Karmel. Malang: Karmelindo.