Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Sabtu, 05 September 2015

Contoh doa kreatif Katolik



ACARA DOA BERSAMA DALAM RETRET PANGGILAN KARMEL
Oleh : Marianus Ivo Meidinata

1.     Nyanyian pembukaan :
(Di saat menyanyikan lagu ini, setiap peserta saling mengenakan skapulir.)

Kuduskan tempat ini (diulangi 3 kali)

Kuduskan tempat ini untuk kami berdoa
Kuduskan hati ini untuk kami menyembah
Biar segala perkara kuserahkan padaMu Yesus
Dan Roh Kudus berkerjamembimbing kami semua

2.     Pengantar singkat
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada malam hari ini kita diajak oleh Tuhan untuk merenungkan panggilan yang telah lama digemakan dalam diri kita. Kita patut bersyukur sebab Allah sudi memanggil kita, hamba yang hina ini. Maka marilah kita bersama Allah dan seluruh orang kudus Karmel, mencoba merenungkan dan menjawab panggilanNya itu.

3.     Pemeriksaan Batin (hening sejenak)
Saya mengaku kepada Allah yang maha kuasa kepada saudara sekalian bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria dan kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

4.     Doa pembukaan
Allah di surga, Engkau sungguh baik kepada kami. Engkau sudi memberikan rahmat panggilan kepada kami.
Kini kami ingin akan mencoba sejenak merenungkan panggilanMu itu. Sudilah ya Allah membimbing kami bersama para kudus Karmel, dan lewat Roh-Mu kami mohon terang atas budi kami. Lewat perantaraan Kristus Guru dan teladan kami. Amin.

5.     Bacaan Kitab Suci
Bacaan 1 Samuel 3 : 2 – 10
Pada suatu hari, Eli yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam baib suci Tuhan, tempat tabut Allah. Lalu Tuhan memanggil: “Samuel! Samuel!”, dan ia menjawab: “Ya, bapa.” Lalu berlarilah ia kepada Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, serta pergi kepada Eli serta berkata: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Samuel belum mengenal Tuhan; firman Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel : “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” dan Samuel menjawab: “Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar.”
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

6.     Renungan
Selamat malam saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada malam hari ini, kita baru saja mendengar bacaan Kitab Suci yang menceritakan panggilan Samuel. Kita semua patut bersyukur karena Allah telah memberikan bacaan ini untuk kita dengarkan, sehingga lewat bacaan ini kita diingatkan dengan panggilan yang selalu diberikan kepada kita. Dan akhirnya kita berkumpul disini untuk menjawab panggilanNya. Puji Tuhan.
Kita semua adalah Samuel. Samuel modern yang hidup di zaman ini. Allah telah memanggil kita seperti Dia telah memanggil Samuel. Panggilan Allah ini adalah panggilan yang istimewa. Tidak semua orang menerima panggilan ini, hanya orang-orang pilihanNYa saja yang menerima anugerah ini. Allah memilih kita dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Dia berkenan membentuk kita menjadi seorang pekerja yang tulus bagi sesama.
Samuel dalam kisah tadi, tidak mengenal suara Allah. Suara yang berulang-ulang memanggil dianggapnya sebagai panggilan Bapa Eli. Allah berulang kali meanggil dan Samuel berulang kali tidak mengenalNya. Saudara-saudari yang terkasih, sering kita juga tidak mengenal panggilan Allah yang terus bergema dalam diri kita. Sering Allah terkalahkan oleh dunia modern yang menyuguhkan beraneka ragam hiburan misalnya HP, internet, Play station atau hal lain yang begitu menggiurkan. Namun Allah tetap sabar memanggil kita. Walaupun kita sering mengabaikan panggilanNya, Allah tetap menunggu sampai kita sadar bahwa itu adalah Allah. Bahkan ketika kita menolak panggilanNya ketika kita sadar bahwa itu adalah panggilan Allah namun kita tidak mau, Allah tetap menunggu. Sering kita menolak panggilanNya entah karena merasa tidak pantas, atau sikap egois kita, atau karena kita tidak mau melepaskan hal duniawi yang melekat pada kita. Namun ingatlah, Allah tetap sabar menunggu dan menanti dengan tulus jawaban kita. Allah itu adalah Allah yang mengerti. Allah tahu ada sejuta alasan dalam benak kita untuk mempertimbangkannya, namun Allah mengerti dan tahu bahwa itulah kelemahan dari sifat manusiawi kita. Allah tahu sehingga Dia tetap menanti jawaban kita. Ini semua adalah sebuah perjalanan – sebuah proses panjang untuk mengungkapkan kata “Ya”. Proses ini seperti halnya air sungai yang mengalir. Air mengalir mengikuti panggilannya. Air mengalir mengikuti panggilannya yaitu mengalir ke tempat yang lebih rendah, namun dalam perjalanannya, ada saja yang menghambat laju mengalirnya, entah itu batu-batu besar, semak-semak atau tumpukan sampah. Air pun semakin bertambah dan berkumpul di tempat itu sampai akhirnya energi (air) yang telah terkumpul mampu melewati hambatan itu dan melanjutkan panggilannya unutk mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Begitu pula dengan kita. Kita yang telah dipanggil Allah, tidak ada yang langsung berkata “Ya”. Kita memang butuh proses untuk mengenal panggilanNya dan menerimaNya dengan tulus. Dan ketika niat kita mulai terkumpul, kita pun semakin siap menerjang halangan yang ada dan siap menjawab “Ya”. Inilah sifat manusiawi kita. Dan ini bukanlah suatu masalah, namun ini anugerah dan kita patut bersyukur. Dengan persiapan, sejenak menyiapkan diri, kita semkain mantab dan yakin dalam menjawab panggilan Allah, seperti halnya Samuel yang dipanggil Allah 3 kali baru mengenal dan manjawabNya.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kita semua berkumpul di tempat ini adalah bukti bahwa kita telah mengenal panggilan Allah yang telah berulang kali memanggil kita. Kita semua terpanggil dan Alah sendiri yang telah menuntun kita. Allah menunggu jawaban kita. Berbicaralah kepada Allah seperti Samuel berbicara kepada Allah. Ungkapkan semua isi hati kita atas panggilan ini. Allah akan mengerti dan Allah akan turut mendampingi. Dia menanti jawaban atas panggilan yang berulang kali telah menggema dalam diri kita. Berikan diri kita untuk mau mendengarNya dan berbicaralah padaNya, seperti jawaban Samuel “Berbicaralah Allah, sebab hambaMu ini mendengar.”
Ada Roh Kudus yang mendampingi.

7.     Nyanyian saat proses pentahtaan Sakramen Maha Kudus
(daras dengan pola nada 5 3 2 1 . 1... 1 3 5 6 . 5 )
Tuhan... datanglah Tuhan...
Tuhan... hambamu ini mendengar...
Tuhan... sertakan RohMu...
Tuhan... kumau renungkan panggilanMu...
Tuhan... datanglah Tuhan...
Tuhan... kumau sertaMu (nada 321...7.1) ...

8.     Meditasi/ merenung pribadi
(pada saat ini peserta merenungkan panggilan Allah yang ada dalam diri mereka)

9.     Lagu persembahan diri
(Saat menyanyikan lagu ini, para peserta saling mengambilkan lilin untuk peserta di sampingnya. Lilin di bawa selama lagu persembahan dan doa permohonan. Baru ketika doa Maria dan Elia usai, lilin ditempatkan di depan patung Maria dan Elia.)

Persembahan Hidup
Hidup kami Tuhan Engkau yang berikan
Kan kami jalani demi panggilan
Hidup ini memang penuh perjuangan kadang pula penuh pergulatan
Ke dalam tanganMu kami kembalikan
Ke dalam tanganMu sgalanya kusrahkan
Hidup ini memang Kau jua yang punya kebebasan diri dan cita rasa…
Kuserahkan hati budi diri kami
Hidup mati kami dalam dunia ini
Smoga Kau jagai sampai akhir nanti
Mengabdi Tuhan kini sampai mati

10.  Doa permohonan
(Dalam doa permohonan para peserta diajak untuk berdoa secara pribadi – dalam batin. Berdoa untuk kepentingan pribadi dan berdoa bagi saudara di sebelahnya)

11.  Lagu Maria

Ave Maria
Ave Maria, gratia plena, Dominus tecum benedicta tu Maria
Benedicta tu in mulieribus et benedictus fructur ventris tui, Iesus.
Sancta Maria, Mater Dei, ora pro nobis peccatoribus nunc et in hora mortis nostrae. Amen.

12.  Doa kepada Maria
(syair lagu diganti dengan vocal “a...”)

Ya Maria, bunda dan saudari kami, kami mengucap syukur atas pendampingan yang kau berikan kepada kami. Kini kami semua memohon doamu, semoga kami dapat meneladan engkau dalam kesetiaan dan ketaatan akan panggilan Allah pada diri kami. Sudilah lewat kelembutan kasihmu, engkau membimbing kami di setiap langkah dan pilihan hidup kami. Amin.

13.  Lagu Maria
(sama sepeti di atas)

14.  Doa kepada Bapa Nabi Elia
(ketika doa dipanjatkan, diperdengarkan lagu “Zelo Zelatus Sum” ciptaan Gregorius Uce, dengan volume pelan/ sayup-sayup. Lagu ini diperdengarkan sampai habis.)

Bapa Nabi Elia, semangatmu sungguh berkobar ketika engkau berkata “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam.” Buatlah kami juga berkobar untuk menjawab panggilan Allah, sehingga dalam hidup, kami tetap setia mengikuti kehendak Allah. Amin.

15.  Doa Bapa Kami
(Peserta saling bergandeng tangan)

Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu dtanglah kerajaanMu jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

16.  Lagu saat pengembalian Sakramen Maha Kudus

Adoramus Te Domine (diulangi 3 kali)
O… Adoramus Te Domine
O… Adoramus Te Domine

17.  Doa penutup
Allah junjungan hidup kami. Kami mengucap syukur atas kesempatan yang sudah kami peroleh untuk sejenak merenungkan panggilan kami bersama Engkau. Kini kami mohon, bersama para kudus Karmel, semoga apa pun hasil permenungan dan jawaban kami, Engkau berkenan dan sudi membimbing setiap langkah hidup kami. Sebab Engkaulah Allah kami yang bertahta bersama Yesus dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.






18.  Lagu penutup

Bapa Engkau Sungguh Baik

Bapa Engkau sungguh baik
kasihMu berlimpah di hidupku
Bapa kubertrima kasih
berkatMu hari ini yang Kau sediakan bagiku

Kunaikan syukurku buat hari yang Kau b’ri
Tak habis-habisnya kasihMu dan rahmatMu
Slalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu
Besar setiaMu di s’panjang hidupku.

19.  Lagu penutup 2

Dengar Dia Panggil Nama Saya

Dengar dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu
Dengar Dia panggil nama saya
Juga Dia penggil namamu
O giranglah… o giranglah…
Yesus amat cinta pada saya
O… giranglah
Kujawab ya..ya.. ya..Kujawab ya..ya.. ya..
Kujawab ya Tuhan… Kujawab ya Tuhan…
Kujawab ya..ya.. ya..

Penjelasan
Acara doa yang dilaksanakan pada retret pangggilan ini secara umum sudah dikenal oleh kebanyakan orang. Namun ada beberapa modifikasi yang terdapat dalam acara doa ini, supaya kesan bosan dan biasa dapat sedikit kabur. Acara doa ini memiliki beberapa sifat yaitu kharismatik, liturgis, tradisional/ klasik dan tentunya Karmel turut ada di dalamnya. Tujuannya supaya anak muda dapat masuk ke dalam acara ini dan mampu mencintai semua jenis doa yang ada di dalam Gereja. Dapat dikatakan acara doa ini adalah gabungan dari doa-doa yang sudah ada.
Lagu-lagu yang dipilih cenderung bersifat kharismatik karena menggunakan jenis pop-rohani (mengikuti suasana modern dan suasana anak muda). Namun ada beberapa lagu klasik dan Taize yang berguna untuk menciptakan suasana Gereja yang kental dan suasana Karmel yang merupakan ordo tua Gereja. Dari pemilihan lagu ini, diharapkan supaya nuansa/ minat lagu anak muda dengan nuansa Gereja tua (juga Karmel) dapat tercampur dan tujuan mengajak doa anak muda sekaligus mengajak anak muda mengenal nuansa doa Karmel,keduanya dapat terwujud.
Acara doa ini terbagi dalam 2 bagian inti yaitu bagian sabda dan bagian adorasi. Dalam bagian sabda peserta diajak untuk mendengar sabda Allah lewat Kitab Suci dan renungan; sekaligus mengajak peserta menyadari panggilan yang diterima. Baru ketika adorasi, peserta diajak untuk berdialog dengan Tuhan (selain melaksanakan penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus). Dialog ini adalah sarana peserta untuk mempertimbangkan dan menjawab panggilan Allah bersama Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus. Di saat inilah peserta akan merenung dan berbicara bersama Allah atas keputusan penggilanNya. Lalu dilanjutkan lagu persembahan hidup yang berfungsi mengajak dan meneguhkan peserta untuk mau benar-benar mempersembahkan hidup pada panggilan. Barulah di akhir permenungan, peserta diajak untuk berdoa kepada Santa Maria dan Nabi Elia – inspirator Karmelit. Secara tidak langsung, tertanam jiwa Karmel, jiwa yang meneladan dan berdevosi kepada Elia sebagai bapa dan Maria sebagai saudari dan ibu. Ujung dari bagian ini adalah doa Bapa Kami, doa Sang Guru yang senantiasa diikuti oleh Karmelit.
Kehidupan Karmel yang terkandung :
-       Pemakaian skapulir selama doa sebagai wujud nyata bahwa peserta adalah keluarga Karmel yang senantiasa berdoa bersama Maria, serta turut memupuk kecintaan peserta pada Maria.
-       Meditasi/ merenung pribadi merupakakn suasana padang gurun Karmel yang senantiasa harus dihidupi oleh Karmelit. Dalam bagian ini peserta juga diajak untuk dapat menemukan Allah dalam bacaan dan renungan yang diberikan, sehingga peserta dapat mengkontemplasikan hal di sekitarnya dan menemukan Allah (seturut kebiasaan Karmelit).
-       Berdoa kepada Santa Maria dan Bapa Elia (penjelasan seperti di atas).
-       Adorasi adalah hidup Karmelit yang senantiasa sejenak melaksanakan adorasi ataupun Ekaristi untuk menimba kekuatan.
Kharisma Karmel secara tidak langsung juga ditanamkan dalam diri peserta lewat tehnik/ tata cara doa:
-       Doa : dengan acara doa kolaborasi ini, peserta diajak untuk mencintai doa dalam hidupnya.
-       Persaudaraan dan pelayanan : tertanam lewat ajakan untuk saling memasangkan skapulir, saling mengambilkan lilin dan saling mendoakan satu sama lain (peserta akan terdukung untuk mau melayani dan bersaudara dengan sesama yang baru dikenal). Khusus persaudaraan tertanam ketika peserta bergandengan tangan (doa Bapa Kami).
Alasan memilih bacaan dan renungan :
Bacaan Samuel menyadarkan peserta bahwa panggilan Allah itu sudah ada sejak dulu, dan tidak semua mengenal panggilanNya. Para peserta dapat bercermin pada Samuel yang awalnya tidak mengenal Allah dan akhirnya setelah 3 kali dipanggil baru mengenal dan menjawab. Beginilah kondisi para peserta yang dalam keraguannya ingin memutuskan pilihannya. Dengan contoh Samuel, diharapkan para peserta mau menjawab Panggilan Allah.
Isi renungan yang ada secara tidak langsung mengajak peserta untukmenjawab panggilan Allah. Karena itulah di dalam renungan terdapat kata-kata yang ditulis berulang-ulang supaya sungguh meresap dalam hati peserta. Bagian penutup menghantar peserta untuk merenungkan panggilan Allah dan menjawab “Ya” pada panggilanNya di saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
Dekorasi ruangan bernuansa Karmel :
Di depan (menghadap peserta) terdapat 4 patung dan 1 tempat pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Empat patung ini adalah patung Santa Maria, Nabi ELia, Beato Titus Brandsma dan Santa Teresa Avila.
Penataan patung: tempat pentahtaan Sakramen Maha Kudus berada di tengah posisi paling tinggi diapit patung Maria dan Elia. Lalu patung Beato Titus dan Santa Teresa Avila di samping kanan – kiri agak jauh.
Di depan patung Santa Maria dan Nabi Elia  terdapat tempat pembakaran lilin guna menempatkan lilin peserta saat sesi doa kepada Santa Maria dan Nabi Elia.
Ruangan didominasi dekorasi kain berwarna coklat dan putih untuk mendukung nuansa suci dan Karmel.
Disebar pula lilin – lampion di dalam ruangan untuk menciptakan suasana doa-samadi (lampu dipadamkan).
Semua peserta dan frater bersila di lantai (dengan karpet). Model duduk seperti di Kapel Novisiat Karmel Batu. Para frater duduk di samping kanan-kiri (seperti bangku kor - menyerong menghapan Sakramen Maha Kudus), sedangkan pesarta duduk di belakang (lurus mengahadap Sakramen Maha Kudus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar