ACARA DOA BERSAMA DALAM
RETRET PANGGILAN KARMEL
Oleh : Marianus Ivo Meidinata
1.
Nyanyian pembukaan :
(Di saat menyanyikan lagu ini,
setiap peserta saling mengenakan
skapulir.)
Kuduskan tempat ini (diulangi 3
kali)
Kuduskan tempat ini untuk kami berdoa
Kuduskan hati ini untuk kami menyembah
Biar segala perkara kuserahkan padaMu Yesus
Dan Roh Kudus berkerjamembimbing kami semua
2.
Pengantar singkat
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada
malam hari ini kita diajak oleh Tuhan untuk merenungkan panggilan yang telah
lama digemakan dalam diri kita. Kita patut bersyukur sebab Allah sudi memanggil
kita, hamba yang hina ini. Maka marilah kita bersama Allah dan seluruh orang
kudus Karmel, mencoba merenungkan dan menjawab panggilanNya itu.
3.
Pemeriksaan Batin (hening
sejenak)
Saya mengaku kepada Allah yang maha kuasa kepada
saudara sekalian bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya
berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan
Maria dan kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian
supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan
kita.
4.
Doa pembukaan
Allah di surga, Engkau sungguh baik kepada kami.
Engkau sudi memberikan rahmat panggilan kepada kami.
Kini kami ingin akan mencoba sejenak merenungkan
panggilanMu itu. Sudilah ya Allah membimbing kami bersama para kudus Karmel,
dan lewat Roh-Mu kami mohon terang atas budi kami. Lewat perantaraan Kristus
Guru dan teladan kami. Amin.
5. Bacaan Kitab Suci
Bacaan
1 Samuel 3 : 2 – 10
Pada suatu hari, Eli yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat
dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Lampu rumah Allah belum lagi
padam. Samuel telah tidur di dalam baib suci Tuhan, tempat tabut Allah. Lalu
Tuhan memanggil: “Samuel! Samuel!”, dan ia menjawab: “Ya, bapa.” Lalu
berlarilah ia kepada Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?” tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Lalu
pergilah ia tidur. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun
bangunlah, serta pergi kepada Eli serta berkata: “Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?” tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah
kembali.” Samuel belum mengenal Tuhan; firman Tuhan belum pernah dinyatakan
kepadanya. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun
bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah
yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel : “Pergilah
tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah Tuhan, sebab
hambaMu ini mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat
tidurnya. Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana dan memanggil seperti yang
sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” dan Samuel menjawab: “Berbicaralah Tuhan, sebab
hambaMu ini mendengar.”
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
6. Renungan
Selamat malam saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada malam
hari ini, kita baru saja mendengar bacaan Kitab Suci yang menceritakan
panggilan Samuel. Kita semua patut bersyukur karena Allah telah memberikan
bacaan ini untuk kita dengarkan, sehingga lewat bacaan ini kita diingatkan
dengan panggilan yang selalu diberikan kepada kita. Dan akhirnya kita berkumpul
disini untuk menjawab panggilanNya. Puji Tuhan.
Kita semua adalah Samuel. Samuel modern yang hidup di zaman ini. Allah
telah memanggil kita seperti Dia telah memanggil Samuel. Panggilan Allah ini
adalah panggilan yang istimewa. Tidak semua orang menerima panggilan ini, hanya
orang-orang pilihanNYa saja yang menerima anugerah ini. Allah memilih kita
dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Dia berkenan membentuk kita
menjadi seorang pekerja yang tulus bagi sesama.
Samuel dalam kisah tadi, tidak mengenal suara Allah. Suara yang
berulang-ulang memanggil dianggapnya sebagai panggilan Bapa Eli. Allah berulang
kali meanggil dan Samuel berulang kali tidak mengenalNya. Saudara-saudari yang
terkasih, sering kita juga tidak mengenal panggilan Allah yang terus bergema
dalam diri kita. Sering Allah terkalahkan oleh dunia modern yang menyuguhkan
beraneka ragam hiburan misalnya HP, internet, Play station atau hal lain yang begitu menggiurkan. Namun Allah
tetap sabar memanggil kita. Walaupun kita sering mengabaikan panggilanNya,
Allah tetap menunggu sampai kita sadar bahwa itu adalah Allah. Bahkan ketika
kita menolak panggilanNya ketika kita sadar bahwa itu adalah panggilan Allah
namun kita tidak mau, Allah tetap menunggu. Sering kita menolak panggilanNya
entah karena merasa tidak pantas, atau sikap egois kita, atau karena kita tidak
mau melepaskan hal duniawi yang melekat pada kita. Namun ingatlah, Allah tetap
sabar menunggu dan menanti dengan tulus jawaban kita. Allah itu adalah Allah
yang mengerti. Allah tahu ada sejuta alasan dalam benak kita untuk
mempertimbangkannya, namun Allah mengerti dan tahu bahwa itulah kelemahan dari
sifat manusiawi kita. Allah tahu sehingga Dia tetap menanti jawaban kita. Ini
semua adalah sebuah perjalanan – sebuah proses panjang untuk mengungkapkan kata
“Ya”. Proses ini seperti halnya air sungai yang mengalir. Air mengalir
mengikuti panggilannya. Air mengalir mengikuti panggilannya yaitu mengalir ke
tempat yang lebih rendah, namun dalam perjalanannya, ada saja yang menghambat laju mengalirnya, entah itu batu-batu besar,
semak-semak atau tumpukan sampah. Air pun semakin bertambah dan berkumpul di
tempat itu sampai akhirnya energi
(air) yang telah
terkumpul mampu melewati hambatan itu dan melanjutkan panggilannya unutk
mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Begitu pula dengan kita. Kita yang telah dipanggil Allah, tidak ada yang
langsung berkata “Ya”. Kita memang butuh proses untuk mengenal panggilanNya dan
menerimaNya dengan tulus. Dan ketika niat kita mulai terkumpul, kita pun
semakin siap menerjang halangan yang ada dan siap menjawab “Ya”. Inilah sifat
manusiawi kita. Dan ini bukanlah suatu masalah, namun ini anugerah dan kita
patut bersyukur. Dengan persiapan, sejenak menyiapkan diri, kita semkain mantab
dan yakin dalam menjawab panggilan Allah, seperti halnya Samuel yang dipanggil
Allah 3 kali baru mengenal dan manjawabNya.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kita semua berkumpul di
tempat ini adalah bukti bahwa kita telah mengenal panggilan Allah yang telah
berulang kali memanggil kita. Kita semua terpanggil dan Alah sendiri yang telah
menuntun kita. Allah menunggu jawaban kita. Berbicaralah kepada Allah seperti
Samuel berbicara kepada Allah. Ungkapkan semua isi hati kita atas panggilan
ini. Allah akan mengerti dan Allah akan turut mendampingi. Dia menanti jawaban
atas panggilan yang berulang kali telah menggema dalam diri kita. Berikan diri
kita untuk mau mendengarNya dan berbicaralah padaNya, seperti jawaban Samuel “Berbicaralah Allah, sebab hambaMu ini
mendengar.”
Ada Roh Kudus yang mendampingi.
7.
Nyanyian saat proses pentahtaan
Sakramen Maha Kudus
(daras dengan pola nada 5
3 2 1 . 1... 1 3 5 6 . 5 )
Tuhan... datanglah Tuhan...
Tuhan... hambamu ini mendengar...
Tuhan... sertakan RohMu...
Tuhan... kumau renungkan panggilanMu...
Tuhan... datanglah Tuhan...
Tuhan... kumau sertaMu (nada 321...7.1) ...
8.
Meditasi/ merenung pribadi
(pada saat ini peserta
merenungkan panggilan Allah yang ada dalam diri mereka)
9.
Lagu persembahan diri
(Saat menyanyikan lagu
ini, para peserta saling mengambilkan lilin untuk peserta di sampingnya. Lilin
di bawa selama lagu persembahan dan doa permohonan. Baru ketika doa Maria dan
Elia usai, lilin ditempatkan di depan patung Maria dan Elia.)
Persembahan Hidup
Hidup kami Tuhan Engkau
yang berikan
Kan kami jalani
demi panggilan
Hidup ini memang
penuh perjuangan kadang pula penuh pergulatan
Ke dalam tanganMu
kami kembalikan
Ke dalam tanganMu
sgalanya kusrahkan
Hidup ini memang
Kau jua yang punya kebebasan diri dan cita rasa…
Kuserahkan hati
budi diri kami
Hidup mati kami
dalam dunia ini
Smoga Kau jagai
sampai akhir nanti
Mengabdi Tuhan kini
sampai mati
10. Doa permohonan
(Dalam doa permohonan para
peserta diajak untuk berdoa secara pribadi – dalam batin. Berdoa untuk
kepentingan pribadi dan berdoa bagi saudara di sebelahnya)
11. Lagu Maria
Ave Maria
Ave Maria,
gratia plena, Dominus tecum benedicta tu Maria
Benedicta tu
in mulieribus et benedictus fructur ventris tui, Iesus.
Sancta Maria,
Mater Dei, ora pro nobis peccatoribus nunc et in hora mortis nostrae. Amen.
12. Doa kepada Maria
(syair lagu diganti dengan
vocal “a...”)
Ya Maria, bunda dan saudari kami, kami mengucap syukur
atas pendampingan yang kau berikan kepada kami. Kini kami semua memohon doamu,
semoga kami dapat meneladan engkau dalam kesetiaan dan ketaatan akan panggilan
Allah pada diri kami. Sudilah lewat kelembutan kasihmu, engkau membimbing kami
di setiap langkah dan pilihan hidup kami. Amin.
13. Lagu Maria
(sama sepeti di atas)
14. Doa kepada Bapa Nabi Elia
(ketika doa dipanjatkan,
diperdengarkan lagu “Zelo Zelatus Sum” ciptaan Gregorius Uce, dengan volume
pelan/ sayup-sayup. Lagu ini diperdengarkan sampai habis.)
Bapa Nabi Elia, semangatmu sungguh berkobar ketika
engkau berkata “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam.”
Buatlah kami juga berkobar untuk menjawab panggilan Allah, sehingga dalam hidup,
kami tetap setia mengikuti kehendak Allah. Amin.
15. Doa Bapa Kami
(Peserta saling bergandeng
tangan)
Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu
dtanglah kerajaanMu jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini dan ampunilah
kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami dan
janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang
jahat.
16. Lagu saat pengembalian Sakramen Maha Kudus
Adoramus Te
Domine (diulangi 3 kali)
O… Adoramus Te
Domine
O… Adoramus Te
Domine
17. Doa penutup
Allah junjungan hidup kami. Kami mengucap syukur atas
kesempatan yang sudah kami peroleh untuk sejenak merenungkan panggilan kami
bersama Engkau. Kini kami mohon, bersama para kudus Karmel, semoga apa pun
hasil permenungan dan jawaban kami, Engkau berkenan dan sudi membimbing setiap
langkah hidup kami. Sebab Engkaulah Allah kami yang bertahta bersama Yesus dan
Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
18. Lagu penutup
Bapa Engkau Sungguh Baik
Bapa Engkau sungguh baik
kasihMu berlimpah di hidupku
Bapa kubertrima kasih
berkatMu hari ini yang Kau sediakan bagiku
Kunaikan syukurku buat hari yang Kau b’ri
Tak habis-habisnya kasihMu dan rahmatMu
Slalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu
Besar setiaMu di s’panjang hidupku.
19. Lagu penutup 2
Dengar Dia Panggil Nama Saya
Dengar dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu
Dengar Dia panggil nama saya
Juga Dia penggil namamu
O giranglah… o giranglah…
Yesus amat cinta pada saya
O… giranglah
Kujawab ya..ya.. ya..Kujawab ya..ya.. ya..
Kujawab ya Tuhan… Kujawab ya Tuhan…
Kujawab ya..ya.. ya..
Penjelasan
Acara doa yang dilaksanakan pada retret
pangggilan ini secara umum sudah dikenal oleh kebanyakan orang. Namun ada
beberapa modifikasi yang terdapat dalam acara doa ini, supaya kesan bosan dan
biasa dapat sedikit kabur. Acara doa ini memiliki beberapa sifat yaitu
kharismatik, liturgis, tradisional/ klasik dan tentunya Karmel turut ada di
dalamnya. Tujuannya supaya anak muda dapat masuk ke dalam acara ini dan mampu
mencintai semua jenis doa yang ada di dalam Gereja. Dapat dikatakan acara doa
ini adalah gabungan dari doa-doa yang sudah ada.
Lagu-lagu yang dipilih cenderung bersifat
kharismatik karena menggunakan jenis pop-rohani (mengikuti suasana modern dan
suasana anak muda). Namun ada beberapa lagu klasik dan Taize yang berguna untuk
menciptakan suasana Gereja yang kental dan suasana Karmel yang merupakan ordo
tua Gereja. Dari pemilihan lagu ini, diharapkan supaya nuansa/ minat lagu anak
muda dengan nuansa Gereja tua (juga Karmel) dapat tercampur dan tujuan mengajak
doa anak muda sekaligus mengajak anak muda mengenal nuansa doa Karmel,keduanya
dapat terwujud.
Acara doa ini terbagi dalam 2 bagian inti
yaitu bagian sabda dan bagian adorasi. Dalam bagian sabda peserta diajak untuk
mendengar sabda Allah lewat Kitab Suci dan renungan; sekaligus mengajak peserta
menyadari panggilan yang diterima. Baru ketika adorasi, peserta diajak untuk
berdialog dengan Tuhan (selain melaksanakan penghormatan kepada Sakramen Maha
Kudus). Dialog ini adalah sarana peserta untuk mempertimbangkan dan menjawab
panggilan Allah bersama Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus. Di saat
inilah peserta akan merenung dan berbicara bersama Allah atas keputusan penggilanNya.
Lalu dilanjutkan lagu persembahan hidup yang berfungsi mengajak dan meneguhkan
peserta untuk mau benar-benar mempersembahkan hidup pada panggilan. Barulah di
akhir permenungan, peserta diajak untuk berdoa kepada Santa Maria dan Nabi Elia
– inspirator Karmelit. Secara tidak langsung, tertanam jiwa Karmel, jiwa yang
meneladan dan berdevosi kepada Elia sebagai bapa dan Maria sebagai saudari dan
ibu. Ujung dari bagian ini adalah doa Bapa Kami, doa Sang Guru yang senantiasa
diikuti oleh Karmelit.
Kehidupan Karmel yang terkandung :
-
Pemakaian
skapulir selama doa sebagai wujud nyata bahwa peserta adalah keluarga Karmel
yang senantiasa berdoa bersama Maria, serta turut memupuk kecintaan peserta
pada Maria.
- Meditasi/ merenung pribadi merupakakn
suasana padang gurun Karmel yang senantiasa harus dihidupi oleh Karmelit. Dalam
bagian ini peserta juga diajak untuk dapat menemukan Allah dalam bacaan dan
renungan yang diberikan, sehingga peserta dapat mengkontemplasikan hal di
sekitarnya dan menemukan Allah (seturut kebiasaan Karmelit).
- Berdoa kepada Santa Maria dan Bapa Elia
(penjelasan seperti di atas).
-
Adorasi
adalah hidup Karmelit yang senantiasa sejenak melaksanakan adorasi ataupun
Ekaristi untuk menimba kekuatan.
Kharisma Karmel secara tidak langsung juga ditanamkan
dalam diri peserta lewat tehnik/ tata cara doa:
-
Doa
: dengan acara doa kolaborasi ini, peserta diajak untuk mencintai doa dalam
hidupnya.
-
Persaudaraan
dan pelayanan : tertanam lewat ajakan untuk saling memasangkan skapulir, saling
mengambilkan lilin dan saling mendoakan satu sama lain (peserta akan terdukung
untuk mau melayani dan bersaudara dengan sesama yang baru dikenal). Khusus
persaudaraan tertanam ketika peserta bergandengan tangan (doa Bapa Kami).
Alasan memilih bacaan dan renungan :
Bacaan Samuel menyadarkan peserta bahwa
panggilan Allah itu sudah ada sejak dulu, dan tidak semua mengenal
panggilanNya. Para peserta dapat bercermin pada Samuel yang awalnya tidak
mengenal Allah dan akhirnya setelah 3 kali dipanggil baru mengenal dan
menjawab. Beginilah kondisi para peserta yang dalam keraguannya ingin
memutuskan pilihannya. Dengan contoh Samuel, diharapkan para peserta mau
menjawab Panggilan Allah.
Isi renungan yang ada secara tidak langsung
mengajak peserta untukmenjawab panggilan Allah. Karena itulah di dalam renungan
terdapat kata-kata yang ditulis berulang-ulang supaya sungguh meresap dalam
hati peserta. Bagian penutup menghantar peserta untuk merenungkan panggilan
Allah dan menjawab “Ya” pada panggilanNya di saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
Dekorasi ruangan bernuansa
Karmel :
Di depan (menghadap peserta)
terdapat 4 patung dan 1 tempat pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Empat patung ini
adalah patung Santa Maria, Nabi ELia, Beato Titus Brandsma dan Santa Teresa
Avila.
Penataan patung: tempat pentahtaan Sakramen
Maha Kudus berada di tengah posisi paling tinggi diapit patung Maria dan Elia.
Lalu patung Beato Titus dan Santa Teresa Avila di samping kanan – kiri agak
jauh.
Di depan patung Santa Maria dan
Nabi Elia terdapat tempat pembakaran lilin
guna menempatkan lilin peserta saat sesi doa kepada Santa Maria dan Nabi Elia.
Ruangan didominasi dekorasi
kain berwarna coklat dan putih untuk mendukung nuansa suci dan Karmel.
Disebar pula lilin – lampion di
dalam ruangan untuk menciptakan suasana doa-samadi (lampu dipadamkan).
Semua peserta dan frater bersila di lantai
(dengan karpet). Model duduk seperti di Kapel Novisiat Karmel Batu. Para frater
duduk di samping kanan-kiri (seperti bangku kor - menyerong menghapan Sakramen
Maha Kudus), sedangkan pesarta duduk di belakang (lurus mengahadap Sakramen
Maha Kudus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar