George Simmel
Biografi dan Pandangannya
Oleh: Marianus Ivo Meidinata
Biografi
Georg Simmel adalah seorang filsuf Jerman. Dia adalah salah satu tokoh yang menjadikan sosiologi sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Ia dilahirkan pada tanggal 1 Maret 1858, di Berlin, Jerman. Ia mempelajari berbagai cabang ilmu di Universitas Berlin dan menerima gelar doktor filsafat tahun 1881. Dia kemudian menjadi dosen yang tidak digaji, yang dalam kehidupannya tergantung pada honor dari mahasiswa. Ia seorang dosen yang cerdas dan menarik mahasiswa.
Simmel menulis banyak artikel dan buku, misalnya“The Philosophy of Money”. Ia terkenal di kalangan akademis Jerman, dan mempunyai pengikut internasional, terutama di Amerika. Di situ karyanya memiliki pengaruh besar dalam usaha melahirkan sosiologi. Banyak artikelnya yang diminati oleh kaum intelek publik. Dibanding dengan Weber dan Marx, Simmel lebih cenderung membahas tentang masalah yang berskala kecil, terutama tindakan dan interaksi individu. Dua bentuk sosiasi yang ditulisnya adalah bentuk makroskopis dan mikroskopis.
Walaupun demikian, beberapa dari karier hidupnya gagal karena pengaruh statusnya sebagai orang Yahudi. Abad 19 adalah abad anti-Yahudi di Jerman. Apalagi penghargaan kepada sosiolog juga begitu kurang pada saat itu.
Simmel hidup dalam keadaan sosial Jerman yang bergejolak. Akhir abad ke-19, Jerman mengalami ledakan dalam industri kapitalis, serta peningkatan urbanisasi. Pada saat itu, politik Jerman mencerminkan nilai-nilai aristokrasi semi feodal dan menerapkan disiplin militer. Dalam kondisi seperti ini, Simmel tidak mau terlibat dalam bidang politik. Jika ia berbicara tentang masalah sosial, politik, atau ekonomi, itu hanya digunakannya untuk menggambarkan pokok-pokok pemikiran teoritisnya yang umum.
Dalam pemikirannya, Simmel banyak dipengaruhi oleh seorang filsuf, Immanuel Kant. Kant mengembangkan suatu pemikiran yang melihat bahwa individu pada dasarnya baik dan memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri. Dari pemikiran Kant, Simmel juga menyadari bahwa setiap manusia itu unik dan berbeda satu sama lain.
Studinya tentang filsafat juga turut mempengaruhi pemikirannya. Misalnya saja, pemikiran tentang interaksi diadopsinya dari pemikiran Empedokles dan Heraklitos. Menurut Simmel, interaksi sosial terdiri dari asosiasi dan sosiasi. Hal ini selaras dengan pemikiran filsuf-filsif tersebut tentang harmonisasi kosmos yang berbicara bahwa benci dan cinta, baik dan jahat, ada untuk membentuk alam semesta.
Dalam hal lain, ia juga dipengaruhi oleh model evolusi Spencer mengenai kompeksitas sosial yang semakin bertambah. Evolusi ini berusaha menjelaskan perubahan masyarakat secara bertahap dari suatu struktur yang sederhana ke suatu struktur yang lebih kompleks. Maka dari itu, dalam pemikiran tentang masyarakat, terlebih dahulu dia menjelaskan tentang individu.
Namun perlu diingat bahwa Simmel juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu yang dipelajarinya seperti filsafat, psikologi, politik, maupun ekonomi. Dalam hidupnya dia menaruh perhatian dalam bidang-bidang itu, baik dalam studi, pengajaran, maupun dalam tulisannya. Hal ini membuat pemikiran sosiologinya juga lebih kompleks menyangkut ilmu-ilmu lain.
Teori
Individu
Manusia memiliki kedudukan sebagai unterschiedswesen, yang dapat diartikan sebagai mahkluk perbedaan. Manusia adalah mahkluk perbedaan karena dia tidak mau dan tidak dapat disamakan sepenuhnya dengan yang lain. Dengan kata lain, manusia adalah sama sekaligus berbeda. Seorang manusia, sebagai ciptaan sosial, memiliki keunikan yang berbeda dengan yang lain dalam hidup sosialnya.
Fenomena mode dalam masyarakat dapat dipakai untuk menjelaskan ketegangan antara yang sama dengan yang berbeda. Mode adalah bagian dari kehidupan kolektif. Jika tidak begitu, mode tidak disebut sebagai mode. Akan tetapi mode akan dibarui jika mode mengambil jarak dari selera kolektif. Individualitas pada mode itu akhirnya akan dihargai sebagai bagian dari kehidupan kolektif.
Setiap individu adalah hasil pembentukan subjek-subjek di sekitarnya. Perjumpaaan dengan orang lain turut membentuknya sebagai individu. Dalam hal ini, individu memiliki sifat kolekif karena menjadi hasil dari pembentukan dalam sebuah masyarakat. Individu tidak dapat dilepaskan dari masyarakat.
Simmel memperkenalkan istilah “wechselwirkung” yang memiliki arti “efek timbal-balik”. Istilah ini ingin menunjukkan bahwa masyarakat adalah hasil dari efek timbal-balik di antara individu-individu. Efek timbal-balik inilah yang mempersatukan masyarakat.
Masyarakat
Masyarakat muncul dan terbentuk karena interaksi timbal-balik “wechselwirkung” yang ada di dalamnya. Interaksi ini mengandung aktivitas saling mempengaruhi. Pengertian ini muncul dalam istilah vergesellschaftung yang secara harfiah berarti “proses terjadinya masyarakat” atau disebut juga dengan istilah “sosiasi’. Masyarakat adalah keseluruhan hubungan yang saling mempengaruhi yang akhirnya menghasilkan berbagai bentuk sosiasi.
Masyarakat menjadi ada dan terbentuk karena individu-individu yang saling mempengaruhi. Pengaruh timbal-balik ini terjadi dari berbagai dorongan dan tujuan tertentu. Hubungan antar individu ini, akhirnya memberi pengaruh kepada semua dan semua menerima pengaruh dari semua. Dengan kata lain, individu-individu yang saling berinteraksi ini saling memberi dan menerima pengaruh satu sama lain. Munculnya masyarakat terjadi bukan karena terkumpulnya individu-individu, tetapi relasi-sosiasi di antara individu-individu tersebut. Sosiasi itulah yang membentuk suatu masyarakat.
Simmel menemukan bentuk-bentuk sosiasi yang dibagi dalam ranah makroskopis dan mikroskopis. Sekarang mari kita lihat lebih lanjut bentuk-bentuk sosiasi ini.
Sosiasi Makroskopis
Bentuk sosiasi pertama adalah superordinasi dan subordinasi. Secara formal struktural, dalam masyarakat terdapat orang/kelompok yang memimpin (superordinasi) dan ada pula yang dipimpin (subordinasi). Pihak-pihak ini tidak dapat diisolasi keberadaannya sebab keduanya menghasilkan efek timbal-balik. Efek ini akhirnya menciptakan sosiasi di antara mereka. Namun simmel menambahkan bahwa setiap individu memiliki kebebasan, sehingga tidak semua individu bisa masuk dalam bentuk sosiasi ini.
Bentuk yang kedua adalah individualisasi dan kolektivisasi. Individu itu sendiri dilihat sebagai makhluk yang berada di dalam sekaligus di luar kelompoknya. Hidup manusia adalah hidup yang penuh pergulatan antara individu dan kelompok. Manusia tidak sepenuh-penuhnya terhisap ke dalam kelompoknya dan juga tidak seluruhnya memisahkan diri dari kelompoknya. Individu selalu mereservasi suatu wilayah non-sosial dari dirinya sehingga kebersamaannya dengan yang lain tidak menghilangkan dirinya seutuhnya. Hal-hal yang bersifat individual seperti kepentingannya, kepribadiannya, maupun motivasinya justru menentukan bagaimana dia membentuk sosiasi dengan yang lain.
Menurut simmel relasi antara individualisasi dan kolektivisasi memiliki pola yang menyerupai hukum. Simmel melihat bahwa kelompok-kelompok itu begitu ekslusif dan membedakan diri dengan kelompok lain. Walaupun demikian individu-individu yang ada di dalamnya tetap memiliki perbedaan. Perbedaan ini terwujud dari unsur kepentingan pribadi yang menimbulkan kompetisi di antara individu yang lain. Kompetisi ini menimbulkan kesamaan dan relasi dengan kelompok luar yang ingin bersaing dan menjatuhkan kelompok tersebut. Dalam sebuah kelompok, ketika seseorang berkompetisi dengan yang lain, maka yang terjadi adalah terpecahnya kelompok tersebut. Bisa saja terjadi bahwa seseorang tersebut malah menjadi sama dengan kelompok lain dan bergabung dengan kelompok tersebut yang memiliki tujuan menghancurkan kelompok lama.
Bentuk sosiasi yang ketiga adalah konflik atau pertarungan. Konflik merupakan sebuah bentuk sosiasi yang khas. Dari kejadian ini individu menjalankan aktifitas timbale-balik dengan individu yang lain. Dengan adanya konflik, individu juga memulai sosiasi/kerjasama dengan individu lain yang memiliki tujuan yang sama. Dengan kata lain , konflik dengan seseorang bisa membantuk sosiasi dengan orang lain.
Di bagian ini, Simmel ingin mengatakan bahwa sosiasi itu sempurna jika terdapat kerja sama dan konflik, cinta dan benci. Inilah harmoni hidup, yang dari kedua hal ini malah menjadi unsur yang membentuk masyarakat.
Inilah yang terjadi dalam kehidupan bahwa masyarakat dianggap sebagai bentuk kebersamaan yang seakan segalanya baik. Padahal dalam kenyataan sehari-hari masyarakat dibangun dari sosiasi dang konflik yang berlangsung silih berganti.
Sosiasi Mikroskopis
Setelah kita membahas bentuk sosiasi dalam ranah makroskopis, sekarang mari kita membahas bentuk sosiasi dalam ranah mikroskopis.
Bentuk-bentuk sosiasi ini dimulai dalam relasi antara dua orang yang disebut dengan “Gesellschaft zu zweien”. Menurut Simmel, masyarakat sudah dimulai dari relasi antara dua orang. Dalam sosiasi ini Simmel ingin menunjukkan bahwa dalam relasi yang kecil ini, individualitas dan kolektivitas juga muncul. Analisis mikroskopis tentang hal-hal yang sederhana ini mengandung relasi yang mendalam antara individu-individu yang ada terutama dalam panca indera. Interaksi yang terjalin lewat panca indera akhirnya menjadi pangkal dari sosiasi.
Simmel memperlihatkan bahwa organ-organ pengindera manusia memainkan peranan yang khas dalam sosiasi. Misalnya saja, proses saling menatap di antara dua orang membentuk interaksi yang langsung dan murni. Lewat membau pun, manusia bisa membedakan kelas sosial dalam masyarakat. Orang yang memiliki bau keringat dianggap orang rendahan atau masyarakat kecil.
Bentuk sosiasi berikutnya adalah keguyuban. Dalam bentuk sosiasi ini terjadi penggabungan antara seni dan permainan. Bentuk interaksi menjadi hal yang lebih penting daripada isinya. kebersamaan menjadi tujuan dari model sosiasi ini; dan bagaimana bentuk interaksinya itu tidak penting. Maka dalam bentuk sosiasi ini, diperlukan kondisi sosial yang sederajad. Kalaupun tidak sederajad, di antara mereka perlu adanya sikap dan anggapan bahwa mereka sederajad.
Bentuk sosiasi lainnya adalah sosiasi makan bersama. Dari sosiasi ini berkembang suatu hubungan interaksi yang saling memberi efek timbal-balik. Struktur sosiologis bersantap, yang menghubungkan keegoisan eksklusif dengan frekuensi kebersamaan, muncul dengan sebuah kebiasaan berkumpul bersama. Orang-orang yang tidak memiliki tujuan maupun kepentingan tertentu dapat saling berkumpul dan berinteraksi. Hal yang paling primitif, natural, dan sederhana menjadikan sosiasi bersantap ini memiliki sifat yang kompleks.
Itulah bentuk-bentuk sosiasi mikroskopis. Secara umum, analisis sosial hanya memusatkan perhatian pada struktur atau sistem sosial. Perasaan-perasaan sosial dianggap tidak penting dan tidak perlu diperhatikan. Bagi Simmel perasaan-perasaan sosial sama pentingnya dengan struktur sosial, sehingga dalam analisis sosialnya perasaan individu cukup mendapat tempat. Dapat disimpulkan bahwa integritas sosial adalah struktur sosial beserta perasaan sosial.
Dalam proses sosiasi, kesetiaan, rasa terima kasih, dan rasa malu merupakan perasaan yang cukup penting. Menurut Simmel, perasaan-perasaan tersebut menghasilkan pengaruh timbal-balik dalam proses sosiasi. Perasaan yang kadang tidak diperhatikan ini, memiliki peran yang penting dalam proses sosiasi. Inilah kelebihan dari Simmel yaitu melihat hal-hal kecil dari manusia dan berani menggunakan cabang ilmu pengetahuan yang lain untuk menyempurnakan ilmu sosiologinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar