TAFSIR DAN REFLEKSI TEOLOGIS KEJ 37:23-30
OLEH: FR. MARIANUS IVO MEIDINATA, O.CARM.
PENGANTAR
Semua proses analisis telah kiat lakukan dari analisis sintaksis sampai dengan analisis cerita. Sekarang marilah kita masuk pada bagin akhir dari seluruh proses pemahaman teks Kej 37:23-30 yaitu tafsir dan refleksi teologis dari teks ini.
Menafsir berarti menjelaskan isi teks sehingga maksud dan pesannya tersingkap dan menjadi hidup bagi pembaca maupun pendengar. Tafsiran ini dilakukan dengan tujuan untuk mengerti dan memahami lebih lanjut dan mendalam dari keseluruhan isi teks yang ditafsir. Penafsir yang baik akan membawa pembaca atau pendengar mampu melihat persoalan-persoalan yang tidak terungkap secara gambling dalam teks.
Refleksi teologis adalah pendalaman tentang kebenaran-kebenaran iman yang disampaikan oleh teks. Penafsir akan berusaha memperdalam maksud teks yang ada, tentang arti yang mau disampaikan pengarang, kemudian merenungkannya dalam konteks yang lebih luas.
Refleksi teologis merupakan tujuan dan puncak dari seluruh studi tentang Alkitab. Alkitab adalah firman Tuhan sekaligus buku iman Gereja. Roh Kuduslah yang ada di balik buku ini. Itulah sebabnya refleksi teologis tidak boleh dilupakan dalam studi ilmiah sekalipun.
TEKS
37:23 Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu.
37:24 Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.
37:25 Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir.
37:26 Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?
37:27 Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu.
37:28 Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.
37:29 Ketika Ruben kembali ke sumur itu, ternyata Yusuf tidak ada lagi di dalamnya. Lalu dikoyakkannyalah bajunya,
37:30 dan kembalilah ia kepada saudara-saudaranya, katanya: "Anak itu tidak ada lagi, ke manakah aku ini?"
TAFSIRAN KEJ 37:23-30
RANGKUMAN ANALISIS SEBELUMNYA
Analisis Sintaksis
Dalam analisis sintaksis teks Kejadian 37:23-30, telah diketahui bahwa Kejadian 37:23-30 memiliki 8 ayat yang terbagi dalam 11 kalimat: 4 kalimat tunggal, 2 kalimat majemuk setara, 3 kalimat majemuk bertingkat, dan 3 kalimat majemuk campuran.
Subjek-subjek utama dalam teks ini adalah Yusuf , mereka (saudara-sadara Yusuf), sumur, suatu kafilah orang Ismael, Yehuda, kita (saudara-saudara Yusuf), saudara-saudaranya (Yusuf), bajunya. Subjek Yusuf disebut 4 kali, begitu juga dengan subjek saudara-saudara Yusuf disebut 4 kali yang disebutkan dengan kata mereka, kita, dan saudara-saudaranya. Objek-objek dalam kelimat utama: dia (Yusuf), perkataannya (Yehuda), dan –nya (Ruben) dalam kata ‘bajunya’.
Keterangan waktu dalam kalimat utama disebutkan sebagai berikut: baru saja, ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Ketika Ruben kembali, ketika mereka mengangkat muka. Sedangkan keterangan tempat pada kalimat utama hanya tertulis seting sumur yang disebutkan 2 kali. Keterangan tempat yang lain ada dalam anak kalimat.
Ada 4 pembagian paragraf : pertama, Kej 37:23-25a: Yusuf dilucuti dan dilemparkan ke dalam sumur; kedua, Kej 37:25a-27: keputusan menjual Yusuf; ketiga, Kej 37: 28: Yusuf dijual; keempat, Kej 37:29-30: kesedihan Ruben.
Analisis Konteks
Dari analisis konteks Kej 37:23-30, dapat diketahui bahwa teks Kej 37:23-30 merupakan satu kesatuan teks tersendiri. Secara intern, teks ini memiliki keterkaitan tokoh, waktu, tempat, dan tema. Dan secara ekstern teks ini memiliki tokoh, waktu, tempat, dan tema yang khas dibanding dengan teks yang mendahului (Kej 37:1-22) dan teks yang mengikutinya (Kej 37:31-36).
Jika dilihat dalam konteks keseluruhan Kitab Kejadian, Kej 37:23-30 terletak di bagian kedua yang bebicara tentang sejarah bapa-bapa bangsa. Cerita Yusuf dalam teks ini menjadi kisah terakhir dari bagian para bapa bangsa. Teks ini dibingkai oleh cerita Yusuf sebagai anak yang paling dikasihi oleh bapanya, yang hidup bersama saudara-saudaranya. Walaupun Yusuf dikasihi namun dalam teks ini dia memiliki nasib yang kurang beruntung.
Konteks dekat Kej 37:23-30 adalah Yusuf sebagai anak yang dikasihi bapanya sehingga saudara-saudaranya membenci dia. Puncaknya adalah dia dijual oleh saudara-saudaranya. Konteks jauhnya adalah Yusuf sebagai figur yang beriman dan berpengharapan dalam relasi dengan Allah. Fungsi Kej 37:23-30 dalam keseluruhan kitab Kejadian menunjukkan sikap Yusuf sebagai model manusia beriman dan berpengharapan yang menerima dan menanggapi janji Allah, sebagai usaha Allah untuk memperbaiki relasi dengan manusia yang telah rusak karena dosa manusia.
Analisis Semantik
Yusuf adalah anak yang paling dikasihi oleh Yakub-bapanya (Kej 37:3), namun dia adalah saudara yang dibenci oleh saudara-saudaranya (Kej 37:4). Dalam teks (Kej 37:23-30), Yusuf dalam keadaan dibenci dan dijual oleh saudara-saudaranya.
Saudara-saudaranya yang tertulis dalam teks ini adalah saudara-saudara dari keturunan Yakub yang merupakan anak dari Bilha dan Zilpa (Kej 37:2), beserta anak dari budak mereka (dari yang sulung sampai dengan yang bungsu) (Kej 43:33). Mereka juga termasuk saudara-saudara dari Ruben, Yehuda dan Benyamin. Saudara-saudara Yusuf adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Gad, Asyer, Naftali, Dan, dan Benyamin. (Bdk. Kej 46:8-24)
Mereka menanggalkan jubah Yusuf. Menanggalkan berkaitan dengan tindakan mengganti atau melepas sesuatu dari tubuh seseorang. Dalam konteks (Kej 37:23-30), menangggalkan berarti melepaskan jubah maha indah yang dipakai oleh Yusuf , yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Secara umum jubah maha indah adalah yang sering dipakai oleh kaum kerajaan (warna ungu); dan jubah yang terbaik adalah berbahan dari lenan. Namun dalam konteks Yusuf, gambaran jubah maha indah tidak dijelaskan.
Setelah itu mereka melemparkan Yusuf ke dalam sumur. Sebab jika sumur itu kering, sumur bisa dipakai sebagai tempat tahanan orang. Setelah ditahan, Yusuf dijual kepada orang Ismael. Orang Ismael adalah orang-orang dari keturunan Ismael anak Abraham dari Hagar/ orang Hagar (Mzm 83:7). Keturunan mereka menggunakan nama Ismael untuk kampung, perkemahan, dan suku mereka.
Ide menjual Yusuf ini dipimpin oleh Yehuda. Yehuda adalah anak dari Yakub dan Lea (Kej 35:23, 46:28). Saudara-saudaranya dari ibu (Lea) adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon (Kej 35:23). Secara umum, dalam Kitab Suci kata menjual berkaitan dengan barang-barang atau sesuatu yang menjadi milik kita. Jika seorang manusia dijual berarti dia sudah dianggap rendah sama seperti barang atau sesuatu yang memang semestinya dijual.
Saudara-saudara Yusuf mendengarkan ide yang katakana oleh Yehuda ini. Arti dari “mendengarkan perkataannya” bukan hanya masalah mendengar perkataan orang lain dan hilang begitu saja. Namun mendengarkan perkataan berarti mendengarkan, meng-iyakan, dan mau melakukan.
Namun Ruben yang adalah anak Lea sekaligus anak sulung Yakub peduli kepadanya. Dalam relasi dengan Yusuf terlihat bahwa dia memiliki kepedulian dan keprihatinan terhadap nasib Yusuf, ketika Yusuf disiksa oleh saudara-saudaranya. Dia mengoyakkan bajunya ketika Yusuf tidak ada. Seseorang yang mengoyakkan jubah/pakaiannya berarti dalam suasana kabung atau sedih. Dia merasa sedih karena Yusuf sudah tiada lagi. Kata “tidak ada lagi” mengarahkan pada keadaan bahwa seseorang sudah hilang. Beginilah yang terjadi dalam teks yang kita bahas, Yusuf tidak ada lagi karena dia telah hilang dan tidak ada yang seperti dia.
Analisis Struktur
Judul-judul tiap paragraph diperoleh sebagai berikut: paragraf I Yusuf dilucuti dan dilemparkan ke dalam sumur, Paragraf II keputusan menjual Yusuf, paragraph III Yusuf dijual, dan paragraf 4 Kesedihan Ruben. Fungsi paragraf I adalah sebagai pembuka cerita, paragraf II sebagai bagian menuju inti sebab bagian akhir paragraf ini adalah inti cerita dan puncaknya ada di paragraf ketiga. Paragraf keempat berfungsi sebagai penutup. Pada bagian keberkaitan semantik antar bagian, dapat dilihat bahwa hubungan yang paling dominan adalah hubungan berdekatan arti. Ada 6 pasang kata/frase yang bertentangan arti, 9 pasang kata/frase yang berdekatan arti, dan 12 kata/frase yang diulangi dalam teks. Perikop Kej 37:23-30 memiliki pola kiastik (a-b-b-a).
Analisis Cerita
Metode cerita yang terdapat dalam perikop Kej 37: 23-30 terdiri dari narasi (ay. 23, 24, 25a, 25b, 26a, 27b, 28, 29, 30a), dialog (26b, 27a), dan monolog (30b).
Tokoh yang terlibat dalam perikop Kej 37:23-30 berjumlah lima yaitu: saudara-saudaranya (antagonis), Yusuf (protagonist sekaligus tokoh penderita), orang Midian (figuran), Yehuda (antagonis), dan Ruben (tokoh utama pada ay. 29-30; dalam keseluruhan cerita hanya pelengkap). Pelaku/tokoh memiliki hubungan satu sama lain. Semua tokoh juga memiliki watak yang khas sesuai dengan teks Kej 37:23-30.
Tempat perikop Kej 37:23-30 adalah ke dalam sumur (untuk Yusuf) dan sekitar sumur (tokoh lain). Dan sesuai konteks dekat berada di Dotan. Sedangkan waktu yang terjadi hanya diberikan keterangan waktu khusus saat terjadinya kejadian, dengan awalan kata “ketika …”.
Cerita didominasi oleh ketegangan. Hal ini bermula ketika Yusuf datang dan dilucuti, dibawa, serta dilemparkan ke dalam sumur. Kemudian berlanjut pada ketegangan pada adegan-adegan selanjutnya (ay. 25-27). Inti cerita pada perkataan Yehuda untuk menjual Yusuf. Dan puncak ketegangan terjadi pada adegan Yusuf dijual. Baru pada adegan Ruben kembali ke sumur, ketegangan mulai reda walaupun masih ada unsur ketegangan.
Ada 9 irama cepat dan 3 irama lambat. Berarti teks ini didominasi irama cepat. Cerita ini disampaikan dari sudut pandang pencerita sendiri atau orang ketiga, sesuai dengan metode narasi yang mendominasi.
TAFSIR KEJ 37:23-30
Bagian I Yusuf Dilucuti dan Dilemparkan ke dalam Sumur
37:23 Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu.
Pada pembukaan teks ini, tindakan saudara-saudara Yusuf mengungkapkan bahwa tindakan ini sudah direncanakan sebelumnya, sehingga ketika Yusuf datang, mereka langsung melakukan tindakan. Hal ini diperlihatkan dengan kata ‘pun’, yang dapat berarti ‘langsung bertindak’.
Aktifitas saudara-saudara Yusuf melepaskan jubah Yusuf mengandung arti bahwa mereka telah berkuasa penuh atas Yusuf. Mereka juga telah merendahkan Yusuf serendah-rendahnya karena mereka telah dengan paksa menanggalkan jubah Yusuf. Dengan kata lain, mereka telah merasa berkuasa atas diri Yusuf dan berhak untuk memperlakukan dia seperti yang mereka inginkan.
Yusuf datang dengan hormat. Jubah yang dia kenakan menjadi simbol bahwa dia adalah pribadi yang istimewa, apalagi jubah yang dia kenakan adalah jubah maha indah. Jubah maha indah adalah jubah yang diberikan kepada orang yang memiliki kedudukan istimewa baik dalam lingkungan kerajaan atau dalam hubungan dalam keluarga. Ini sebagai tanda suka cita dan kegembiraan. Dan jika ini dilepaskan dari tubuh seseorang berarti segala hal yang dia miliki, segala kehormatan, keistimewaan, suka cita, dan kegembiaraan dipaksa untuk dilepaskan dari diri Yusuf. Penanggalan jubah Yusuf menjadi simbol bahwa Yusuf dipaksa untuk menjadi seorang yang sedih dan tidak bersuka cita lagi. Keistimewaannya mendapat jubah dari bapanya karena dia anak yang dikasihi semenjak saat sudah direnggut oleh saudara-saudaranya.
37:24a Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur.
Penderitaan Yusuf tidak berhenti sampai pada aktifitas penanggalan jubahnya. Yusuf masih harus menerima kenyataan pahit dengan menerima perlakukan lain dari saudara-saudaranya. Mereka membawa dan melemparkan Yusuf ke dalam sumur. Hal ini berarti bahwa Yusuf benar-benar menjadi hak mereka dan menjadi bawahan mereka. Bahkan dengan tidakan ini, mereka telah memposisikan Yusuf sebagai barang milik/kepunyaan mereka.
Aktifitas melemparkan Yusuf memiliki arti bahwa Yusuf sudah disama kan dengan barang yang pantas untuk dilemparkan. Sebenarnya semenjak kejadian ini, dia tidak hanya direndahkan tetapi juga dimatikan oleh saudara-saudaranya. Aktifitas melemparkan dirinya ke dalam sumur dapat diartikan bahwa dia telah dimatikan atau dijadikan barang mati yang dapat dilemparkan.
37:24b Sumur itu kosong, tidak berair.
Yusuf yang telah mendapat perlakuan demikian masih harus menerima kenyataan dipenjarakan oleh saudara-saudaranya. Sumur yang kosong dalam tradisi saat itu adalah tempat untuk memenjarakan/menahan orang. Hal ini berarti bahwa Yusuf bukan hanya menjadi ‘dimatikan’ dan milik mereka, namun juga ditahan supaya tidak bisa keluar dari statusnya yang telah ‘mati’ dan yang telah menjadi milik saudara-saudaranya. Dia ditahan untuk tidak keluar dari statusnya. Yusuf dipaksa untuk tetap menjadi seorang yang paling hina dan tidak akan pernah bisa lepas dari stua barunya itu.
37:25a Kemudian duduklah mereka untuk makan.
Aktifitas mereka duduk untuk makan mengandaikan bahwa mereka tidak memiliki beban dan pikiran setelah memperlakukan Yusuf secara keji. Hal ini berarti bahwa mereka telah menganggap aktifitas mereka tersebut adalah hak mereka dan mereka merasa bahwa tidak ada yang salah dari tindakan mereka itu.
Di lain pihak, tindakan mereka ini merupakan bentuk penghinaan kepada Yusuf. Mereka seakan seperti merasakan kelegaan dan kegembiraan, namun Yusuf ditinggalkan dalam keadaan menderita. Sungguh ini merupakan tindakan yang menghina.
Bagian II Keputusan Menjual Yusuf
37:25b Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir.
Orang Ismael yang membawa barang-barang dagangan menjadi inspirasi bagi Yehuda untuk menemukan solusi baru yaitu menjual Yusuf kepada pedagang itu. Rombongan kafilah orang Ismael datang pada waktu yang tepat dan secara tidak langsung memberi solusi bagi kebingungan saudara-saudaranya.
Rombongan kafilah orang Ismael yang membeli Yusuf itu disebut juga saudagar-saudagar Midian. Mereka yang menjual Yusuf ke Mesir adalah orang dalam bahasa Ibrani orang-orang Medan. Midian dan Medan adalah dua anak laki-laki Abraham dengan ketura, tetapi dalam Kej 37 ini tidak dimaksudkan untuk mengadakan pembedaan. Orang-oarng yang menjual Yusuf disebut orang Ismael (bdk. 39:1). Ada lagi, beberapa orang Midian disamakan dengan orang Ismael. Arti kesukuan dari orang-orang Ismeal mungkin didesak oleh arti yang kedua yaitu pedagang.
37:26 Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?
Secara tiba-tiba Yehuda menyampaikan idenya di tengah suasana ketegangan yang terjadi. Mengapa bukan tokoh lain yang menyampaikan pendapat ini, mengapa harus Yehuda? Yuhuda adalah pemimpin bagi saudara-saudaranya. Dia adalah figur yang diagungkan oleh saudara-saudaranya. Walaupun dia bukanlah anak sulung dari semua saudara-saudaranya, namun ida mndapat posisi istimewa sebagai pemimpin oleh karena bapanya Yakub. Hal ini memberi arti bahwa memang teptlah jika Yehuda ditampilakn sebagai sosok yang memberi ide, sehingga saudara-saudara Yusuf yang lainmenyetujui usulan ini. Selain itu, nalurinya sebagai pemimpin juga sudah napak saat itu, sehingga tidak mengherankan jika ide menjual Yusuf muncul dari pikiran Yehuda ini.
Perkataan Yehuda tersebut mengandung arti bahwa keputusan membunuh Yusuf tidaklah memberi keuntungan. Apa untungnya kalau saudara-saudaranya membunuh Yusuf. Apakah mereka mendapatkan uang atau sesuatu hal yang lebih berharga? Tidak. Mereka tidak mendapat apa-apa dari tindakan membunuh Yusuf. Maka dari itu Yuhuda mendapat ide untuk menjual Yusuf. Ide menjual Yusuf lebih memberi keuntungan bagi mereka. Selain melenyapkan Yusuf, keputusan ini juga menghasilkan uang.
37:27a Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita."
Rencana Yehuda ini tanpa disadari menyilang rencana Ruben (ay 22, 29). Ruben berencana untuk menyelamatkan Yusuf. Makanya dengan ditahannya Yusuf dia mengira akan ada waktu sejenak untuk bisa membawanya kepada Yakub bapanya. Namun hal ini telah didahului dengan adanya ide dari Yehuda. Rencana ini memang menyilang atau berbeda silang dengan Ruben. Ruben ingin membawa kembali Yusuf kepada bapanya, namun Yehuda dengan menjual Yusuf malah membawa Yusuf kepada orang Midian yang membelinya.
Namun di sisi lain, kita bisa melihat bahwa rencana ini dapat menghindarkan Yusuf dari maut. Ada hikmah tersendiri di balik kejadian ini. Campur tangan Yehuda dalam bagian ini membuat saudara-saudaranya memutuskan untuk menjual Yusuf. Dan ini berarti bahwa Yusuf tetap selamat dan dia tidak jadi menjemput maut. Secara tidak langsung, Yehuda juga bertindak sebagai penyelamat hidup Yusuf.
37:27b Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu.
Kita juga perlu melihat tentang dialog yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf dengan Yehuda. Terlihat bahwa saudara-saudaranya tanpa banyak bicara langsung mendengar perkataan Yuhuda. Hal ini berarti bahwa mereka telah menaruh perhatian pada Yehuda sehingga ketika dia angkat bicara, suadara-saudaranya dengan mudah menerima usulan Yehuda. Sebenarnya ada percakapan dia natara mereka, namun dengan tidak ditampilkannya jawaban ini juga memiliki arti bahwa mereka memiliki misi yang sama untuk melenyapkan Yusuf apapun caranya.
Bagian III Yusuf Dijual
37:28 Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.
Dari jauh, kafilah yang mendekat dianggap sebagai ‘pedagang’ (ay. 25), tetapi ketika mereka lewat, mereka disebut sebagai orang-orang Midian. Dan pada ayat ini status mereka pun kembali pada gelar ‘pedagang’ (ay. 28b). Apa maksud dari pergantian status mereka dan akhirnya kembali lagi pada ststus pedagang? Hal ini dimaksudkan untuk menggarisbawahi bahwa saudara-saudara Yusuf adalah saudara-saudara yang kejam. Kekejaman perlakuan para saudara itu terhadap Yusuf itu itu disimpulkan dengan tindakan mereka menjual Yusuf.
Peran saudara-saudara Yusuf sebagai pelaku atau sebagai subjek tidak tertulis secara tersurat. Hal ini dimaksudkan bahwa penulis ingin menggarisbawahi nasib Yusuf dan kehinaannya dimata saudara-saudaranya. Yusuf telah menjadi objek penderita bagi saudara-saudaranya sendiri. Bukan hanya sebagai penderita tetapi sebagai seorang yang benar-benar hina dimata mereka.
Bagian ini merupakan puncak dari cerita. hal ini dapat diketahui dari struktur teks yang berstruktur kiastik (ABA’B’) dan bagian II ini masuk pada A’. Puncak cerita terjadi pada peristiwa penjualan Yusuf. Hal ini berarti bahwa nilai yang ingin ditunjukkan bukan hanya penderitaan yang biasa, namun penderitaan yang kompleks. Penderitaan dihina, direndahkan, dijadikan budak, dimatikan, dan dijual sebagai budak oleh saudara-saudar kandung sendiri.
Sebenarnya tindakan ini dimaksudkan oleh saudara-saudaranya sebagai penolakan akan mimpinya. Namun ternyata tujuan ini malah meleset, atau berarti bahwa anggapan mereka salah. Dikatakan salah karena dengan terjualnya Yusuf ke Mesir maka mimpinya untuk menjadi tuan atas mereka justru akan terlaksana. Dengan kata lain, tindakan saudara-saudara Yusuf ini mendukung mimpi Yusuf itu sendiri meskipun mereka sendiri tidak menyadari demikian (bdk. Kej 41-42). Dalam pengakuan Yusuf dalam Kej 45:1-15 tindakan saudara-saudara Yusuf justru direncanakan Allah. Meskipun buruk di mata manusia tetapi justru Allah yang menggunakan peristiwa ini (Kej 50:20). Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagi-Mu, dan sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan (Mzm 76:11). Dengan demikian, kisah Yusuf dijual dan dibawa ke Mesir berfungsi sebagai pangantara kisah Yusuf dan Bapa Leluhur Israel berpindah ke Mesir.
Selain itu harga dua puluh syikal perak memiliki simbol tersendiri dalam tradisi Israel. Dua puluh syikal perak adalah ukuran bagi seseorang yang berumur lima dampai dua puluh tahun yang ingin mengucapkan nazar (Im 27:5). Peristiwa Yusuf dijual adalah rencana Allah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejak saat itu, ia telah bernazar kepada Allah, sesuai dengan kebaikan hatinya.
Bagian IV Kesedihan Ruben
37:29 Ketika Ruben kembali ke sumur itu, ternyata Yusuf tidak ada lagi di dalamnya. Lalu dikoyakkannyalah bajunya,
37:30 dan kembalilah ia kepada saudara-saudaranya, katanya: "Anak itu tidak ada lagi, ke manakah aku ini?"
Ekspresi kecemasan dan kekhawatiran Ruben ini mengatakan bahwa ia tidak mengetahui akan pembicaraan, kejadian, dan tindakan yang telah dilakukan terhadap Yusuf. Ketika dia kembali ke sumur, ternyata Yusuf tidak ada lagi di dalamnya. Akibatnya dia sangat gelisah dan menyesal atas ketidakhadirannya sebelumnya. Penyesalan ini membawa pada kesedihan yang dirundungnya. Hal ini disimbolkan dengan tindakannya mengoyakkkan baju. Tindakan mengoyakkan baju adalah tanda perkabungan yang dialami oleh seseorang.
Setelah dia mengoyakkan baju, dia menuju saudara-saudaranya dan bekeluh kesah di depan mereka. Hal ini memperlihatkan bagaimana dia begitu sedih, cemas, dan menyesal. Dia juga bingung mau bertindak apa dan bagaimana ida harus bertanggung jawab di depan Yakub-bapanya nanti. Sebab dia adalah anak sulung. Anak sulung bertugas untuk menjaga semua adik-adiknya dan juga bertindak sebagai bapa jika bapa mereka tidak ada di tempat. Dia mempunyai tanggung jawab yang besar. Ungkapan “kemanakah aku ini” dapat menjadi simbol betapa dia bingung. Bingung untuk mencari Yusuf dan bingung harus bagaimana dia mempertanggungjawabkan semuanya di depan bapanya.
TAFSIRAN UMUM KEJ 37:23-30
Teks
Kej 37:23-30 adalah cerita yang memperlihatkan bagaimana keturunan Abraham dapat bertahan dan menjadi bukti akan terlaksananya janji Allah kepadanya. Cerita yang dialami Yusuf menjadi tanda bahwa Allah masih menyertai bangsa pilihanNya. Yusuf adalah bapa leluhur yang membawa keluarganya ke Mesir. Dia tidak jadi dibunuh oleh saudara-saudaranya, melainkan dijual dan akhirnya dibawa ke Mesir. Sungguh ada Allah dibalik kisah ini. Penutupan cerita yang menuliskan Yusuf dibawa ke Mesir ini kemudian menjadi jembatan yang menghubungkan kitab Kejadian dengan Keluaran. Kisah Yusuf menjadi penghubung sekaligus pembuka kisah keluaran.
Kisah ini menjadi kisah yang menguatkan bangsa Israel ketika mereka mengalami banyak pencobaan dan penderitaan. Yusuf yang telah menderita pada akhirnya menjadi berkat bagi saudara-saudaranya. Penderitaannya membawa keselamatan bagi keluarganya. Inilah sebenarnya yang menjadi panutan bangsa Israel, sehingga mereka memiliki jiwa yang berpasrah kepada kehendak Allah. Yusuf yang pasrah diperlakukan oleh saudara-saudaranya menjadi simbol bagaimana dia berpasrah kepada Allah penciptanya. Inilah juga yang menjadi jiwa dari bangsa Israel. Mereka mempercayakan diri kepada Allah sehingga menuai keselamatan dan berkat dari pada-Nya.
Kiastik
Struktur keseluruhan dari teks ini adalah kiastik (ABA’B’). struktur ini mau mengajak kita melihat inti dan puncak dari cerita yang berada di bagian tengah teks. Peran Allah yang tidak ditulis secara langsung mau mengatakan bahwa walaupun Allah seakan diam, namun Dia berkarya dan melindungi umatNya. Perubahan keputusan dari rencana membunuh menjadi menjual adalah salah satu simbol bagaimana Allah mau berkarya lewat keputusan ini. Kedatangan kafilah orang Midian adalah rancangan Allah yang begitu manis disusunnya sehingga membuat saudara-saudara Yusuf yang sedang duduk menjadi berunding untuk mengubah keputusan mereka. Sungguh ajaib perbuatan Tuhan (Mzm 26:7). Peran Allah ini juga harus dilihat juga berdasar Kej 42-49 sebab kepenuhan karya keselamatan Allah nyata. Tujuan dari penjualan Yusuf ada pada Kej 42-49, yaitu keselamatan keluarga dan bangsanya dari kepunahan. Allah sungguh berperan dan membuat segala rencana menjadi indah.
REFLEKSI TEOLOGIS
Kej 37:23-30 adalah teks yang mengandung teologi. Inilah yang akan dilihat pada bagian ini. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa perikop ini sungguh menusiawi yang merupakan cerita biasa pada umumnya. Cerita inimengandung konflik dan persoalan yang menyangkut sekelompok manusia. Cerita inimenceritakan konflik keluarga. Lalu dimana unsure teologinya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus berangkat dari Kej 45:5-8. Dari sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa Kej 37:23-30 ini sungguh teologis. Kita dapat mengatakan bahwa kisah dalam perikop ini termasuk dalam bingkai rencana Allah.
RINGKASAN TAFSIRAN
Kej 37:23-30 adalah cerita yang memperlihatkan bagaimana keturunan Abraham dapat bertahan hidup; sekaligus menjadi bukti akan terlaksananya janji Allah kepadanya. Janji Allah akhirnya terlaksana walaupun didahului dengan berbagai macam ketidakmungkinan. Cerita yang dialami Yusuf menjadi tanda bahwa Allah masih menyertai bangsa pilihanNya. Yusuf adalah bapa leluhur yang membawa keluarganya ke Mesir. Dia tidak jadi dibunuh oleh saudara-saudaranya, melainkan dijual dan akhirnya dibawa ke Mesir. Sungguh ada Allah dibalik kisah ini. Penutupan cerita yang menuliskan Yusuf dibawa ke Mesir ini kemudian menjadi jembatan yang menghubungkan kitab Kejadian dengan Keluaran. Kisah Yusuf menjadi penghubung sekaligus pembuka kisah keluaran.
Kisah ini menjadi kisah yang menguatkan bangsa Israel ketika mereka mengalami banyak pencobaan dan penderitaan. Yusuf yang telah menderita pada akhirnya menjadi berkat bagi saudara-saudaranya. Penderitaannya membawa keselamatan bagi keluarganya. Inilah sebenarnya yang menjadi panutan bangsa Israel, sehingga mereka memiliki jiwa yang berpasrah kepada kehendak Allah. Yusuf yang pasrah diperlakukan oleh saudara-saudaranya menjadi simbol bagaimana dia berpasrah kepada Allah penciptanya. Inilah juga yang menjadi jiwa dari bangsa Israel. Mereka mempercayakan diri kepada Allah sehingga menuai keselamatan dan berkat dari pada-Nya.
TEKS PEMBANDING
Teks
Kej 37:23-30 Mat 27:27-31
37:23 Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu.
37:24 Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.
37:25 Kemudian duduklah mereka untuk makan.
Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael ammar dari Gilead dengan untanya yang membawa ammar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir.
37:26 Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?
37:27 Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu.
37:28 Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.
37:29 Ketika Ruben kembali ke sumur itu, ternyata Yusuf tidak ada lagi di dalamnya. Lalu dikoyakkannyalah bajunya,
37:30 dan kembalilah ia kepada saudara-saudaranya, katanya: "Anak itu tidak ada lagi, ke manakah aku ini?" 27:27 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus.
27:28 Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya.
27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"
27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.
27:31 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.
Perbandingan
Cerita merupakan cerita yang berbeda. Namun dari perbedaan ini ada unsur-unsur yang sama dari antara kedua cerita di atas, yang dapat dipakai untuk membandingkan kedua teks tersebut.
Persamaan
Secara teologis, cerita ini memiliki persamaan yaitu sama-sama berteologi penderitaan.
Berdasarkan isi cerita terdapat beberapa persamaan. Di bagian awal terdapat tindakan menanggalkan jubah/pakaian
Terdapat tindakan membawa tokoh/pelaku penderita yaitu Yusuf dan Yesus (di bagian awal).
Dan dibagian akhir juga ditutup dengan tindakan membawa pelaku Yusuf dan Yesus ke luar dari lokasi kejadian.
Perbedaan
Kej 37:23-30 menceritakan tentang tokoh Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya sedangkan Mat 27:27-31 menceritakan tentang tokoh Yesus yang diolok-olok oleh serdadu-serdadu wali negeri.
Letaknya pun berbeda, Kej 37:23-30 terletak pada Perjanjian Lama sedangkan Mat 27:27-31 terletak di Perjanjian Baru.
Jika dilihat menurut isi, secara harafiah kedua teks ini memiliki perbedaan. Ucapan tokoh antagonis yang terdapat di bagian tengah cerita memiliki perbedaan isi.
Juga puncak tindakan pada kedua teks berbeda Yusuf diangkat dan dijual, sedangkan Yesus diolok dan dipukul.
Perbandingan Lebih Lanjut
Jika dilihat secara lebih teliti berdasarkan aspek lain, perbedaan dalam cerita ini ternyata sekaligus merupakan persamaan. Artinya bahwa ada beberapa perbedaan yang jika dilihat lagi merupakan persamaan berdasarkan maksud/nilai/struktur penulisannya. Walaupun memiliki cerita yang berbeda, namun ada beberapa unsur yang membuat cerita ini sama. Pada bagian awal, penderitaan dimulai dengan tindakan menanggalkan jubah dan posisi Yesus maupun Yusuf yang sama-sama dibawa oleh pelaku yang membuat mereka menderita. Kemudian cerita ini memiliki bagian tengah suatu perkataan. Dari sekian banyak narasi, di tengah-tengah cerita terdapat perkataan pelaku yang juga menambah derita bagi Yusuf maupun Yesus. Kemudian di bagian puncak penderitaan, terdapat dua tindakan, yang walaupun berbeda, namun kedua tindakan ini merupakan tindakan yang menyengsarakan tokoh. Yusuf diangkat dan dijual sedangkan Yesus diludahi dan dipukul. Selain itu dibagian akhir cerita (walaupun berbeda tata letak), tokoh Yusuf maupun Yesus di bawa ke luar dari lokasi kejadian. Tercantum juga tindakan yang berkaitan dengan melepaskan pakaian: menanggalkan dan mengoyak.
Jadi perbandingan yang ada pada kedua teks ini saling menyatu sehingga perbedaan dan persamaannya secara tidak langsung saling melengkapi.
FUNGSI TEKS KEJ 37:23-30
Teks ini berfungsi untuk menunjukkan kepada umat bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup manusia. Penderitaan menjadi sarana Allah dalam menyelamatkan umatNya. Dan bahkan lewat penderitaan ini, manusia diundang untuk menikmati cinta Allah akan terpenuhi pada waktunya. Penderitaan merupakan suatu ujian akan kesetiaan manusia kepada Tuhan. Dengan demikian lewat penderitaan, iman manusia akan dkuatkan dan semakin didewasakan lewat adanya ujian kesetiaan manusia terhadap Tuhan.
Selain itu, teks ini juga berfungsi untuk menguatkan iman umatNya yang sedang dirundung derita. Lewat kenyataan atau pengalaman Yusuf, umat manusia diharap setia dan kuat untuk menanti terpenuhinya kebahagiaan dan keselamatan di balik suatu penderitaan. Dengan adanya cerita ini diharapkan, setiap orang semakin setia melewati penderitaan sebab pada akhirnya ada tujuan/rencana indah di balik semua ini yang telah disediakan oleh Allah.
PESAN-PESAN TEOLOGIS
Berdasarkan teks 37:23-30 ini, kita dapat mengambil teologi penderitaan sebagai teologi yang menjiwai seluruh isi dan jalannya teks. Teologi penderitaan ini merupakan teologi yang begitu dominan, sebab dari awal hingga akhir cerita, kita diperlihatkan bagaimana Yusuf dirundung penderitaan karena perlakuan saudara-saudaranya. Maka dari itu, ada beberapa pesan teologis berdasarkan teologi penderitaan Kej 37:23-30 ini:
Allah menguatkan dan mendewasakan iman umatNya lewat penderitaan.
Penderitaan adalah sarana manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan yang sejati.
Lewat penderitaan, umat manusia mampu merasakan cinta Allah yang telah disediakan bagi mereka.
Siapapun yang setia pada penderitaan, dia pun akan setia dalam mengikuti Yesus.
Bersatu dengan Tuhan berarti bersatu pula dalam penderitaanNya.
Melalui jalan yang terjal dan penuh penderitaan, kita bisa sampai pada puncak gunung keselamatan, yaitu Allah sendiri.
KEJ 37:23-30 DAN KITAB KEJADIAN
Kedudukan Kej 37:23-30 yang berada di bagian kedua kitab Kejadian berfungsi sebagai teks yang menekankan kisah Yusuf yang tetap selamat dari segala cobaan, sekalipun dia menderita. Kisah ini menekankan bahwa Allah ingin memperbaiki relasi dengan manusia dengan menyelamatkannya (dalam konteks ini adalah Yusuf). Pada Kej 37:24, Yusuf dilempar ke dalam sumur dalam usaha untuk membunuhnya. Namun rencana ini berubah ketika Yehuda berencana untuk menjualnya (ayat 26). Sumur yang ada dalam teks juga memiliki makna sebagai sarana penyelamatan Allah. Sebab karena sumur itulah, Yusuf tidak langsung dibunuh. Di sinilah letak pemenuhan janji Allah. Reaksi Yusuf dalam kisah ini pun menunjukkan bahwa dia memiliki iman dan harapan pada Allah. Dia terkesan tidak memiliki rasa takut atau sedih, sehingga terkesan dia tetap tenang dalam cobaan itu. Tokoh Yusuf berfungsi sebagai model manusia yang telah menerima dan menanggapi janji Allah tersebut.
Jadi, pemenuhan janji Allah maupun iman dan harapan Yusuf dilihat sebagai usaha untuk memperbaiki relasi manusia dengan Allah penciptanya. Kej 37:23-30 berfungsi sebagai teks yang menggambarkan model manusia yang menerima dan menanggapi janji Allah, sebagai usaha Allah untuk memperbaiki relasi dengan manusia yang telah rusak karena dosa manusia. Penderitaan menjadi salah satu jalan Allah untuk menyelamatkan umatNya. Penderitaan adalah sarana Allah menguatkan iman umatNya menuju keselamatan itu.
KEJ 37:23-30 DAN LITURGI GEREJA
Kej 37:23-30 dibacakan dalam perayaan Ekaristi pada hari Jumat Prapaskah II dalam bingkai Kej 37:3-4.12.13a.17b-28. Bacaan I ini digandengkan dengan Mazmur 105:16-17.18-19.20- dan Mat 21:33-43.45-46 21. Mengapa dengan Mazmur dan bacaan tersebut?
Dalam Mat 21:33-43.45-46 21 diceritakan tentang perumpamaan tentang anak pemilik kebun anggur yang dibunuh oleh penjaga kebun. Tuhan ingin menyampaikan pesan bahwa seorang yang menjadi batu penjuru akan menerima penderitaan yang besar. Namun Allah malah berkenan kepadanya. Seperti yang diungkapkan “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita” (Mat 21:43b) menjadi simbol bagaimana figur-figur demikian akan menjadi patokan penyelamatan Allah walaupun menerima berbagai macam penderitaan. Hal ini juga sebagai simbol bagaimana Yesus yang menderita dan wafat akhirnya menjadi penyelamat semua bangsa. Dan begitu juga dengan Yusuf.
Mazmur 105:16-17.18-19.20 dengan mazmur tanggapan “Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan” ingin menyampaikan bagaimana Tuhan mampu bertindak dari dari segala penderitaan yang dialami oleh umat pilihanNya. Tuhan menghendaki penderitaan, namun Dia juga akan melakukan segala perbuatan yang ajaib untuk membawa keselamatan. Inilah yang juga menjadi simbol tentang cerita Yusuf. Walaupun Tuhan mengirimnya ke Mesir, namun Dia sanggup menyelesaikan segalanya, sehingga lewat penderitaan itu, Yusuf sanggup membawa keselamatan bagi bangsanya.
REFLEKSI TEOLOGIS
TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. ( Mzm 145:9). Siapakah yang tidak mengenal kebaikan Tuhan? Tuhan itu baik kepada semua orang. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi umatNya. Dia adalah yang empunya segala sesuatu, masakan Dia tidak tahu apa yang terbaik bagi ciptaanNya. Dialah yang merencanakan segala sesuatu hingga akhrinya akan berbuah dan akan menjadi indah pada waktunya. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! ( Mzm 27:13)
Yusuf adalah tokoh/model umat Allah yang setia akan jalan yang diberkan oleh Tuhan. Dia setia mengikuti penderitaan yang telah disediakan Allah bagiNya. Seperti halnya pemazmur dia percaya kepada Tuhan, bahkan ketika Tuhan memberikannya derita sekalipun. Dia percaya bahwa lewat penderitaan yang dia alami, dia akan masuk pada misteri penyelamatan. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku (Mzm 13:6). Bagi orang percaya, derita pun adalah kebaikan dari Tuhan. Lewat cerita ini sebenarnya kita perlu sadar bahwa Tuhan memberikan penderitaan sebagai serana manusia untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan kekal. Lewat penderitaan Allah telah merencanakan segala sesuatu. Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan Tuhan dan tak terselami jalan-jalan-Nya (Yes 55:8-9).
Penderitaan ada sarana Allah untuk menguatkan dan mendewasakan iman umatNya. Dalam cerita ini Yusuf ditampilkan sebagai pribadi yang sungguh dikuatkan dalam iman. Bagaimana dia tetap beriman kepada Allah sekalipun dia sudah dijual oleh saudara-saudaranya. Lewat penderitaan ini, dia dikuatkan untuk tetap setia kepada Allah. Sebab penderitaan hanyalah ujian semata. Dan lewat penderitaan ini kesetiaannya kepada Allah diuji. Begitu dengan kita, lewat penderitaan kita sehari-hari kita juga dituntut untuk tetap setia mengikuti jalan hidup yang telah disediakan bagi kita. Penderitaan itulah yang akan mengantar kita pada arti sebuah kesetiaan. Dan lewat kesetiaan ini, Allah pun akan setia kepada kita, umatNya. Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku. (Mzm 31:8).
"Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; ... " (Mikha 4:2). Seperti halnya seseorang mendaki sebuah gunung, demikian pula Yusuf dalam cerita ini. Dia bagaikan mendaki sebuah gunung yang tinggi yang penuh dengan penderitaan. Dimanakan ada seseorang yang mencapai puncak gunung tanpa merasakan penderitaan? Tidak ada. Puncak gunung itulah tujuan akhir manusia. Di sanalah Allah bertahta dan hidup. Lewat penderitaan kita dihantar kepadaNya dan diundang untuk bersatu dengan-Nya. Sebab mereka yang telah menderita karena mengikuti-Nya tidak akan pulang dengan tangan hampa. Tetapi dia akan bersorak-sorai karena kebaikan-Nya. Janganlah biarkan orang yang terinjak-injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara dan orang miskin memuji-muji nama-Mu (Mzm 74:21).
Lewat penderitaan itulah, manusia akan merasakan cinta dan kebaikanNya. Allah telah menyediakan kehangatakan cintaNya bagi umatNya. Lewat penderitaan itulah, Dia menyerahkan dan memberikan ketulusan cintaNya kepada manusia. Seperti halnya Yusuf, kita pun diminta dan diundang untuk meraskan penderitaannya pertama-tama karena Dia ingin memberikan cinta dan kerahimanNya kepada kita. Lewat penderitaan itulah, Allah memberikan cintaNya kepada kita, umatNya.
RELEVANSI
Bagi Gereja di Dunia
Penderitaan adalah hal yang selalu ada dalam kehidupan. Seakan penderitaan itu tidak ada akhirnya dalam kehidupan yang terus akan bergulir ini. Demikian pun dengan Gereja. Gereja dari awal mula sampai pada hari ini tidak pernah bebas dari penderitaan. Penderitaan seakan menjadi hal yang wajib dimiliki oleh Gereja. Gereja selalu dibunuh, tetapi Gereja pun akan selalu hidup. Seperti halnya hidup Yusuf, demikian pun hidup Gereja.
Apakah yang memberi kekuatan dan menolong Gereja sehingga selalu hidup dalam iman dan kebenaran? ”Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.” (I Tes 22:2). Ya Allah yang menghidupkan Gereja. Seperti pada sekarang ini, Gereja dibantai seakan sebagai seorang kafir yang harus mati. Pembantaian Gereja terutama yang terjadi di benua Afrika dan daerah Timur Tengah seakan menjadi tanda bahwa Gereja harus mempu memikul Salibnya setiap waktu. Penderitaan ini menjadi Salib bagi semua pengikut Kristus. Iman dan harapan Gereja dikokohkan dengan kehadiran penderitaan. Salib tidak lagi menjadi hal yang asing, namun Salib menjadi hal yang selalu dipeluk bahkan menjadi satu dengan daging Gereja. Persatuan itulah yang menguatkan Gereja menerima penderitaannya. Penderitaan itulah yang memberi kekuatan pada Gereja.
Bersama Paulus Gereja mampu berkata “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Rm 8:18). Ya inilah jalan terjal menuju gunung keselamatan. Seperti halnya seseorang mendaki sebuah gunung, demikian pula Gereja. Dia bagaikan mendaki sebuah gunung yang tinggi yang penuh dengan penderitaan. Dimanakah ada seseorang yang mencapai puncak gunung tanpa merasakan penderitaan? Tidak ada. Puncak gunung itulah tujuan akhir manusia. Di sanalah Allah bertahta dan hidup. Lewat penderitaan Gereja dihantar kepadaNya dan diundang untuk bersatu dengan-Nya. Sebab mereka yang telah menderita karena mengikuti-Nya tidak akan pulang dengan tangan hampa. Tetapi dia akan bersorak-sorai karena kebaikan-Nya. Janganlah biarkan orang yang terinjak-injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara dan orang miskin memuji-muji nama-Mu (Mzm 74:21). Gereja perlu menjadi seperti Yusuf, yang lewat segala penderitaan mampu sampai kepada Allah. Gereja hidup dan Allah-lah tujuan utama kehidupan Gereja.
Sampai kapan pun Gereja akan tetap hidup. Bersama Allah Gereja akan hidup sampai selama-lamanya. Dan dengan hidup ini, Gereja akan mampu mewartakan karya keselamatan Allah. “Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.” (Mzm 118:17).
Bagi Bangsa Indonesia
Saat ini Indonesia sedang mengalami cobaan yang cukup besar. Persatuan Indonesia mulai diuji dengan banyak persoalan radikalisme yang menyerang Indonesia secara bertubi-tubi tidak mengenal henti. Indonesia seakan menjadi sasaran empuk para kaum radikalisme yang ingin memecahkan Indonesia. Kredibilitas Indonesia sebagai bangsa yang satu mulai digoyahkan. Penderitaan tanpa kita sadari mulai masuk Indonesia. Banyak pikiran, tenaga, maupun fisik diserang sehingga sadar atau tidak, tubuh kita menderita. Indonesia menderita. Mampukah Indonesia bertahan dalam kondisi semacam ini?
Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! (Mzm 22:20). Indonesia akan tetap bertahan dalam kondisi yang semacam ini, jika rakyat Indonesia selalu menyerahkan hidup kepadaNya dan selalu berdoa memohon pertolongan Tuhan seperti yang diungkapkan oleh Yusuf dan Pemazmur di atas. Indonesia akan mampu bertahan dan kuat dalam pencobaan ini. Ini hanyalah suatu sarana untuk lebih memperkokoh persatuan Indonesia. Semakin Indonesia dilanda mara bahaya, Indonesia akan semakin kuat dan kokoh dalam persatuan.
Indonesia bahkan akan menjadi seperti Yusuf jika mampu menyerahkan segala cobaan ini kepada Allah. Indonesia akan menjadi negeri yang termasyur di seluruh dunia. Indonesia akan dikenal sebagai negeri yang dilanda banyak persoalan, namun mampu menyelesaikannya. Dan bahkan akhirnya menjadi bangsa yang damai dan mampu bersatu dalam keberagaman. “Bhineka Tunggal Ika”, itulah semboyan bangsa yang dari dulu sampai sekarang pun menjadi pujian dari banyak negara. Negara manakah yang seperti Indonesia yang mampu hidup bersatu dalam perbedaan?
Persoalan ini hanyalah cobaan sesaat saja. Indonesia akan mampu menyelesaikan persoalan jika mengikutsertakan Allah dalam persoalan ini. Allah tidak akan tinggal diam jika melihat Indonesia mengalami cobaan ini. Dia pun akan berkata, “… akan Kulakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib, seperti yang belum pernah dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; seluruh bangsa, yang di tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat perbuatan TUHAN, sebab apa yang akan Kulakukan dengan engkau, sungguh-sungguh dahsyat.” (Kel 34:10).
Indonesia adalah bangsa religius yang memiliki pelindung Allah. Dia batu penyelamat bangsa. Lewat dialah bangsa akan terjaga persatuannya. Dan lewat Dialah bangsa Indonesia akan selamat dari perpecahan dan bahkan akan mampu menjadi pemersatu bangsa-bangsa yang ditimpa peperpecahan. Indonesia perlu melihat Yusuf untuk mencapai impian keselamatan itu.
Bagi para calon imam
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Mat 16:24). Inilah pesan yang disampaikan Tuhan kepada kita para calon imam yang hendak mengikuti Dia secara lebih khusus. Namun apakah kita pada akhirnya nanti mampu mengikuti jejak Yusuf yang mampu membawa keselamatan bagi bangsanya? Ataukah kita malah menjadi batu sandungan bagi umat yang hendak menggapai puncak keselamatan yaitu Allah?
Dalam mengikuti panggilan Tuhan pasti dari kita mengalami suatu rasa menderita, entah karena masa formation yang melelahkan dan menyakitkan, atau karena pengorbanan kita meninggalkan banyak hal dalam hidup kita. Itulah realitas mengikuti Yesus yang kita alami. Kita perlu bersamangat dalam menjalankan realitas ini. Sebab orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya. (Ams18:14a). Namun apakah penderitaan ini kita rasakan sebagai sebuah penderitaan? Jawaban tergantung pada bagaimana cara kita melihat penderitaan itu sendiri.
Penderitaan adalah jalan tepat menuju Allah. Lewat penderitaan itulah, kita akan merasakan cinta dan kebaikanNya. Allah telah menyediakan kehangatakan cintaNya bagi umatNya. Lewat penderitaan itulah, Dia menyerahkan dan memberikan ketulusan cintaNya kepada kita. Seperti halnya Yusuf, kita pun diminta dan diundang untuk meraskan penderitaannya pertama-tama karena Dia ingin memberikan cinta dan kerahimanNya kepada kita. Lewat penderitaan itulah, Allah memberikan cintaNya kepada kita, umatNya. Lalu apa hubungannya dengan posisi kita sebagai para calon imam?
Setiap dari kita yang pernah merasakan kasih dan cinta Tuhan adalah figur-figur utusan yang juga akan mampu membawa cinta kasih Tuhan bagi sesama. Pengalaman adalah bekal hidup yang mampu menjadi pegangan dalam langkah hidup. Pengalaman penderitaan akan menjadi bekal kita untuk pewartaan di tengah umat. Ya, penderitaan yang berbuah pada cinta Tuhan. Cinta Tuhan itulah yang sebenarnya menjadi pokok dalam setiap salib kita.