Ivo art

Ivo art
Tobit 13

Senin, 02 Oktober 2017

Margareta Maria Alocoque - Orang Kudus


Margareta Maria Alocoque
 Oleh: Fr. Albertus Bernando Agung Hamonangan Situmorang, O.Carm.

Margareta Maria Alocoque lahir di Buryunday, Prancis pada 22 Juli 1647 dari pasangan Alocoque dan Pilibertha. Dia pribadi yang mandiri, tenang, saleh, manis, dan suka kesunyian. Hal ini membawanya ke hidup doa yang tenang. Pada masa kecilnya, dia memiliki rasa cinta-bakti dan hormat kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus.
            Sejak menerima komuni pertama pada usia 9 tahun, ia sering melakukan matiraga. Bahkan, ia sampai sakit reumatik dan harus berada di tempat tidur. Hal ini terjadi saat ia berusia 11-15 tahun. Pada Suatu hari, dia membuat janji kepada Maria untuk menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Setelah itu, dia selalu mengalami penampakan-penampakan Tuhan Yesus.  Seketika itu juga penyakitnya sembuh.
Pada tahun 1671 Margareta masuk biara Visitasi di Paray-Le-Monial. Margareta dikenal sebagai biarawati yang rendah hati, sederhana, jujur dan sabar. Namun, di sisi lain dia sering membuat suster lainnya kesal dan marah karena lambat dan tidak trampil bekerja.
            Pada 27 Desember 1673, ia mendapat wahyu pertama yang berkenaan dengan penghormatan kepada Hati Kudus Yesus. Dalam penampakan itu, Yesus mengatakan “orang harus menghormati hati-Nya yang kudus”. Melalui peristiwa penampakan ini, Yesus ingin agar Margareta menyebarkan devosi Hati Kudus Yesus. Suatu tugas berat. Apalagi banyak orang yang tidak percaya dengan penampakan yang dialaminya. Bahkan, sebagian orang marah. Ia menderita dan dikucilkan. Namun, ia tetap setia melaksanakan tugas mulia itu.
            Terinspirasi oleh Yesus sendiri, Margareta menetapkan jam suci untuk menghormati Yesus yang berdoa di taman Getsemani. Ia juga diminta menyebarkan devosi Hati Kudus Yesus. Ia meninggal pada 17 Oktober 1690. Jenazahnya masih tetap utuh sampai saat ini. Pada 18 September 1864 dibeatifikasi oleh Paus Pius IX dan dikanonisasi oleh Paus Benediktus  XV pada 13 Mei 1920. Pestanya dirayakan setiap tanggal 16 Oktober.
Refleksi:”Saya tidak membutuhkan sesuatu yang lain kecuali Tuhan dan untuk mengalahkan diri saya di dalam hati Yesus”. Siapa yang berlindung pada Hati Yesus yang Maha Kudus akan memeperoleh rahmat pertobatan istimewa. Mengunjungi Sakramen Maha Kudus merupakan salah satu bentuk kasih kita kepada Yesus.

Sumber
Mgr. Nicolass Martinus Schneiders, CICM. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Jakarta: Obor, 2006; http://www.franciscan media.org/saint-margaret-mary-alocoque.


NB. Artikel ini pernah dimuat dalam RUAH 2017

St. Daniele Comboni - Orang Kudus


SANTO DANIELE COMBONI
 Oleh:  Fr. Yosep Septiawan, O.Carm

Daniele Comboni lahir pada 15 Maret 1831 di Limone sul Garda di Brescia. Ia adalah anak dari Luigi Comboni dan Domenica Pace yang bekerja sebagai tukang kebun. Daniele merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Pada tanggal 20 Februari 1843, ia sekolah di Verona, sebuah institusi yang didirikan oleh Bapa Nicola Mazza. Selama menjalani studi di Verona, Daniele menemukan panggilannya karena ia terpesona dengan misi di Afrika Tengah. Akhirnya dengan tekat yang kuat, ia memasuki hidup baru sebagai seorang imam.
Daniele yang telah tiga tahun ditahbiskan menjadi imam akhirnya pergi ke tanah misi Afrika. Ia bersama dengan rekan kerja misi berangkat ke tanah Sudan. Lepas dari pandangan Daniele, tanah misi Afrika ternyata membuatnya tersentak. Ia dihadapkan pada situasi yang sulit, cuaca yang sangat ekstrim, kemiskinan yang mendera dan kematian dari rekan-rekannya. Mekipun demikian, Daniele tidak pantang menyerah dalam pelayanan. Dalam surat yang dituliskan kepada orang tuanya, Ia mengatakan demikian,” "Kami harus bekerja keras, berkeringat, mati, tetapi itu semua karena cinta kepada Yesus Kristus dan keselamatan jiwa-jiwa yang ditinggalkan di dunia, terlalu manis bagi kita untuk berhenti dari misi ini ". Setelah perjuangan panjang untuk mewartakan Injil di Afrika Tengah, pada tanggal 2 Juli 1877 Daniele Comboni ditahbiskan menjadi uskup.
Daniele dikenal sebagai seorang pejuang yang tak kenal lelah. Ide-ide dan kegiatan yang ia lakukan sugguh membuat orang terheran-heran. Hal ini terlihat dalam perjuangannya melawan perdagangan budak yang pada waktu itu sangat marak, perjuanganya untuk melawan bandit yang meresahkan umatnya dan perjuangannya untuk bertahan ditengah cuaca yang ekstrem. Daniele termasuk orang yang mampu bertahan ditengah pergolakan yang terjadi di Afrika dan cuaca yang ekstrem. Sebagaian besar dari rekannya meninggal dunia. Berulang kali misionaris datang ke Afrika tetapi sedikit yang bisa bertahan. Misi Afrika membutuhkan sosok yang kuat dalam iman dan mental. Perjalanan misinya ini merupakan salib yang akan membawanya pada kemenangan akan Kristus. 

Sumber Referensi:


NB. Artikel ini pernah termuat dalam RUAH 2017

Santo Ambrosius - Orang Kudus

Santo Ambrosius
Oleh: Fr. Thomas Onggo, O.Carm.

Ambrosius lahir pada tahun 339-340 di Trier, Jerman. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang Gubernur Gaul. Ayah Ambroius memiliki daerah kekuasaan yang cukup luas. Dia juga sangat memperhatikan pendidikan anaknya. Ambrosius mendapatkan pendidikan yang tinggi. Dia bisa menguasai bahasa Latin, Yunani, dan ilmu hukum. Oleh sebab itu banyak orang tidak ragu-ragu menobatkannya sebagai Gubernur Liguaria dan Aemilia di Milano, Italia Utara.
Ketika Uskup Milan meninggal dunia, pertengkaran antara kelompok Kristen dan kelompok Arianisme masih berlangsung. Kedua kelompok ini berseteru untuk memberikan nama-nama calon pengganti uskup. Kelompok arianisme meminta bantuan Kaisar Valentinus untuk memilih seorang calon. Kaisar pun menolaknya dan lebih menyarankan dengan kebiasaan yang lazim yaitu pemilihan oleh para imam dan seluruh umat. Entah mengapa berteriaklah seorang anak kecil dengan begitu keras, “Uskup Ambrosius, Uskup Ambrosius!”. Semua orang pun memilih Ambrosius. Ambrosius tidak mau menerimanya karena dia belum dibaptis. Namun karena desakan umat begitu kuat, dia pun menerima jabatan uskup itu.
Setelah menjadi uskup, Ambrosius bersemangat sekali untuk memdalami seluruh isi kitab suci. Dia belajar di bawah bimbingan imam Simplisianus. Ambrosius menyadari bahwa ia harus memiliki iman yang kuat. Tanpa mengalami Kristus sendiri, dia tidak mungkin menjadi seorang gembala yang baik. Imannya juga diungkapkan dengan perbuatan dan perkataannya. Banyak orang bertobat setelah melihat dan bertemu dengan Ambrosius.
Salah satu kisah yang menarik adalah jasa Ambrosius dalam pertobatan Santo Agustinus. Agustinus sering sekali mendengarkan khotbah-khotbah Ambrosius. Baginya, Ambrosius adalah seorang yang saleh, memiliki iman yang kuat, dan orang yang sungguh mampu menjelaskan isi kitab suci dengan sempurna. Pada awalnya Agustinus tidak memahami isi kitab suci karena baginya isi kitab suci itu tidak masuk akal dan logis. Namun Ambrosius mampu menjelaskannya dengan begitu baik sehingga Agustinus mampu menemukan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus.
Ambrosius adalah seorang yang bijaksana. Dia sungguh menyadari bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Tak heran Ambrosius menjadi salah satu dari 4 pujangga Gereja yang terkenal di Gereja Barat.
Refleksi : Tuhan adalah Pemimpin kita, Dialah penyelamat umat manusia yang berharap pada-Nya (Surat Ambrosius no. 20)

2.    Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, Orang Kudus Sepanjang Tahun, Jakarta: Obor, 1977, hlm. 614-615.


NB. Artikel ini pernah dimuat dalam RUAH 2017

S. Antonius Maria Claret - Orang Kudus

S. Antonius Maria Claret
Oleh: Leopona Henri Setiawan

Santo Antonius Maria Claret lahir pada tahun 1807. Sejak kecil Antonius Maria Claret sudah bercita-cita untuk menjadi seorang imam dan kemudian ditahbiskan menjadi seorang imam pada tahun 1835 di usia 28 tahun. Kemudian ia diutus untuk membantu karya misi di Italia. Setelah berada di Italia ia kemudian bertemu dengan para misionaris Jesuit yang membuatnya jatuh cinta pada serikat ini dan menyatakan diri hendak bergabung dengan Serikat Yesus. Ia sempat menjadi novis Jesuit namun, tidak berlangsung lama karena ia kemudian sakit-sakitan dan terpaksa mengundurkan diri serta kembali ke Spanyol. Walaupun ia “gagal” menjadi seorang Jesuit semangat misionernya tidak lantas mati.
S. Antonius Maria Claret kemudian menemukan gaya baru dalam bermisi, yaitu dengan menulis banyak buku rohani. Total ada sekitar 150 buku yang ia terbitkan. Melalui semua tulisannya kita dapat melihat bahwa, ia sangat banyak menaruh perhatian pada orang-orang yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir. Selain itu, ia juga mempunyai devosi yang mendalam kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Kemudian pada tahun 1849 ia mendirikan tarekat Putera-Putera Misionaris dari Hati Maria Tak Bernoda atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Tarekat Claretian.
Pada tahun 1856 ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Santiago, Kuba oleh Ratu Isabela II dari Spanyol. Baginya, cinta terhadap sesamalah yang akan mengantar kita pada cinta dan persatuan dengan Allah sendiri. Ia juga sangat menentang perbudakkan manusia yang pada masa itu sangat marak terjadi di Eropa. Kesaksian hidup S. Antonius Maria Claret mengajar kita untuk juga membuka diri bagi rahmat Tuhan dan membagikan hasilnya kepada seluruh umat. Dia akhirnya wafat pada tahun 1870, yaitu pada saat ia sedang di Roma dalam rangka persiapan Konsili Vatikan I. Kesalehan dan keutamaan-keutamaan hidup yang dimilikinya membuat Paus Pius XII pada tahun 1950 menyatakannya sebagai orang kudus pembela orang-orang yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, tempat dia menemukan wajah Allah yang ia ikuti dan alami setiap hari.

Sumber:
Scneiders, Nicolaas. 2006. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Guiley, Rosmary. 2001. The Encyclopedia of Saints. USA: Checkmark Books.
http://catholicism.org/saint-antonius-maria-claret-nine-century.html

NB. Artikel ini pernah dimuat di RUAH tahun 2017

PENAMPAKAN MARIA DI FATIMA

CERITA SINGKAT PENAMPAKAN MARIA DI FATIMA
Oleh: Fr. Gabriel Dibya A., O.Carm


                Bunda Maria menampakkan 6 kali di Fatima dari Mei-Oktober 1917 setiap tanggal 13 di pohon ek kepada tiga anak, yaitu Lucia, Francisco, dan Jacinta.  Maria dan Lucia bercakap-cakap pada 13 Oktober 1917 (saat itu hujan lebat dan tanah sangat berlumpur). Maria menginginkan sebuah kapel didirikan di situ sebagai penghormatan atas dirinya. Lucia diberi pesan agar terus mendaraskan doa Rosario setiap hari. Pun dikatakannya terhadap permohonan-permohonan yang dititipkan pada Lucia bahwa hanya beberapa yang akan dikabulkan. Orang-orang harus memperbaiki kehidupan mereka dan mohon ampun atas segala dosa mereka. Mereka tidak boleh lagi menyusahkan Tuhan, sebab Dia sudah terlalu banyak disusahkan.
                Setelah percakapan ini, Bunda Maria menghilang di langit. Hujan pun berhenti. Lalu, terjadilah dua penampakan secara bersamaan.
                Penampakan pertama terjadi dalam tiga tahap. Pertama, tampak St. Yosef  dan Kanak-kanak Yesus serta Maria yang berpakaian jubah putih dan bermantol biru di samping matahari. Santo Yosef dan Kanak-kanak Yesus membuat tanda salib 3 kali untuk memberkati dunia. Kedua, tampaklah Maria Mater Dolorosa tanpa pedang di dada dan Yesus yang memberkati dunia.  Ketiga, tampaklah Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Tahap kedua dan ketiga hanya disaksikan Lucia.
                Penampakan kedua yaitu mukjizat matahari yang disaksikan ± 70.000 orang. Setelah Maria naik ke langit, Lucia mengatakan, “Lihat ke matahari!”  Awan terbagi dua, matahari tampak seperti piringan perak raksasa dan bersinar sangat terang, tetapi tidak membutakan.  Kemudian, piringan itu mulai “menari”. Benda itu bergetar, bergoyang, dan seperti mau jatuh ke bumi. Orang-orang segera berlutut dan mohon ampun atas dosa-dosa mereka. Peristiwa ini terjadi 3 kali dan berlangsung selama 10 menit.  Lalu mereka sadar bahwa pakaian sudah kering. Kemudian, mereka sangat bersukacita.
                Sebagai devosi saat ini, kita dapat melakukan permintaan Maria berdasarkan wawancara dengan Lucia (kemudian menjadi suster Karmelites): pengudusan tugas-tugas harian, doa (Rosario harian), dan penyerahan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda (devosi skapulir).  Permintaan kedua ialah Devosi Sabtu Pertama: mengaku dosa (bisa dilakukan 8 hari sebelum atau sesudahnya), menerima Komuni Kudus, berdoa lima puluhan Rosario, dan menemani Maria selama ¼ jam sambil merenungkan 1 misteri atau lebih dengan intensi persembahan pemulihan kepada Maria.
               

Sumber:

3.       Florianus, Stefanus Buyung (pnj.). Santa Perawan Maria Dari Fatima: Bunda Mengunjungi Kita. Jakarta: Marian Centre Indonesia.2016.

      NB. Artikel ini pernah dimuat dalam RUAH tahun 2017

Santo Malakios dari Armagh - Orang Kudus

Santo Malakios dari Armagh
(Oleh: Fr. Marianus Ivo Meidinata, O.Carm.)

Malakios O'More lahir di Armagh, Irlandia Utara, pada tahun 1095. Hidup beriman yang dia jalani telah mengantarnya pada panggilan suci menjadi imam. Ketika menjadi imam, Gereja Irlandia menerapkan sistem klen dalam hierarki. Jabatan dalam administrasi Gereja dikuasai oleh keluarga tertentu. Itulah kebobrokan Gereja Irlandia saat itu. Dia berusaha untuk membaharui kehidupan Gereja tersebut.
Di tengah usaha ini, Malakios diberi tanggung jawab menjadi abbas di biara Bangor di County Down. Bersama 10 orang muridnya, Malakios mengelola dan membaharui kembali biara. Karena keberhasilan ini, ia ditahbiskan menjadi Uskup Down dan Connor. Kedudukan inilah yang menjadi kekuatannya untuk membaharui Gereja serta menegakkan disiplin hidup para rohaniwan.
Celsus, uskup Armagh, meminta Malakios untuk menduduki takhta keuskupan Armagh. Namun keputusan ini ditentang oleh keluarga Celsus, sebab merekalah pemegang  keuskupan ini selama 100 tahun. Namun karena keputusan sudah bulat, Malakios tetap menjadi uskup Armagh. Pada tahun 1139 ia pergi ke Roma untuk menerima pakaian kebesaran uskup agung. Dalam perjalanannya, ia singgah di biara Clairvaux, Prancis. Cara hidup para biarawan disana membuat Malakios kagum. Ketika bertemu paus, ia mengajukan permohonan untuk menetap di biara tersebut. Namun Paus Innosensius III  menolaknya.
Ketika kembali ke Irlandia, ia singgah lagi di Clairvaux. Ada empat imamnya yang tetap tinggal di sana untuk mempelajari cara hidup para biarawan. Bersama 4 orang imam itu, Malakios mendirikan biara Cistercian Mellifont, Irlandia.
Ketika tugas yang dibebankan oleh paus telah selesai dilaksanakan Malakios pergi lagi ke Roma. Ia pun singgah ke biara Clairvaux. Namun ia jatuh sakit dan meninggal dunia di biara itu pada tanggal 2 Nopember 1148 di pangkuan Santo Bernardus. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1190 oleh Paus Klemerrs III .
Malakios dikenal sebagai orang kudus yang menaruh hormat besar pada orang-orang yang telah meninggal dan rajin mendoakan keselamatan mereka. Ia selalu berusaha agar jenazah orang-orang di sekitarnya dimakamkan secara Kristiani. Tuhan melihat semangat sucinya ini, sehingga Tuhan memberinya hidup baru di surga pada tanggal 2 Nopember, tepat pada hari peringatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian. 


Sumber: Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Jakarta: Obor, 2006. Dan http://katakombe.org/para-kudus/item/malakios.html

NB. Artikel ini pernah termuat di RUAH tahun 2017

Santa Elisabet dari Tritunggal - Orang Kudus

SANTA ELISABET DARI TRITUNGGAL, PERAWAN
Oleh. Fr. Ignasius Hendrianto, O.Carm

Elisabet dari Tritunggal lahir pada 18 Juli 1880 di Farges-en-Septaine, Bourges, Perancis, dari pasangan Kapten Joseph Catez dan Marie Rolland. Pada 22 Juli 1880, ia dibaptis dan diberi nama Marie Josephine Elisabeth. Karena tugas militer sang ayah, keluarga itu harus pidah ke Anxone dan Dijon. Pada 19 April 1891, Elisabet menerima Komuni Pertama. Sore hari setelah Komuni Pertama ia pergi mengunjungi Priorin Karmelites, yaitu: Sr. Maria dari Yesus. Dia  menjelaskan kepadanya arti namanya yang berarti, “Kediaman Allah.”
            Walaupun tidak kaya, Marie Rolland sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya.  Elisabet didaftarkannya ke sekolah musik di Dijon. Ia dipersiapkan menjadi seorang guru piano. Saat remaja, setelah Elisabet menyambut Tubuh Kristus, ia terdorong untuk mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Sejak saat itu Elisabet sadar akan panggilannya ke Karmel. Akan tetapi, niat itu ditentang ibunya. 
Berkat tekadnya yang bulat pada 2 Agustus 1901 ia diperbolehkan oleh ibunya masuk ke biara Karmelites di Dijon. Ia menerima jubah pada 8 Desember 1901. Kemudian pada 11 Januari 1903, ia mengucapkan kaul sementara dengan mengambil nama Elisabet dari Tritunggal. Pada tanggal 1 Juli 1903, ia didiagnosis menderita penyakit Addison. Dalam keadaan sakit itu ia menemukan panggilannya yang khusus, yakni sebagai “pujian bagi kemulian Allah Tritunggal”. Sebelum kematianya, pada 9 November 1906, ia berkata,”Saya pergi kepada Terang, Kasih, dan Kehidupan.” Ia meninggal dengan usia 26 tahun. Proses beatifikasi Elisabet dilaksanakan pada tahun 1931 di Dijon. Tahun 1961 semua dokumen diserahkan ke Vatikan untuk diteliti. Akhirnya, Elisabet dibeatifikasi  oleh Paulus Yohanes Paulus II pada 25 November 1984. Paus Fransiskus menganonisasinya menjadi santa pada tanggal 16 Oktober 2016.

Refleksi: “Di dalam Sang Tak Terbatas ini, jiwaku bernafas dan dibelai tertidur, tinggal bersama dengan Allah Tritunggal dalam keabadian” (St. Elisabet dari Tritunggal).
Sumber: Tinambunan, Edison R.L. Para Kudus Karmel. Malang: Karmelindo, 2015; Elizabeth of the Trinity. I Have Found God-Complete Works, I. Washington: ICS Publications, 1984.]

NB. Artikel ini pernah termuat di RUAH tahun 2017